CONTENT WARNING
Graphic Description of Sex , Prostitution , Explicit Scene (blowjob, nipple playing & rimming) , Unprotected Sex , Local Profanities , Vulgar Words , Degrading , Family Issue
Mungkin semua teman-teman Jeno tidak akan percaya jika dirinya adalah seorang penari telanjang di sebuah klub malam khusus untuk para lelaki pecinta sesama jenis. Seorang mahasiswa berprestasi yang menjadi asisten dosen itu sekarang sedang menari di depan banyak laki-laki yang nafsunya membuncah. Tubuh ramping yang telanjang itu dipertontonkan secara terang-terangan. Saweran berupa uang Jeno dapatkan dari laki-laki brengsek yang mencuri sentuhan pada tubuhnya.
Jika ditanya sudah berapa lama Jeno melakukan pekerjaan kotor ini jawabannya adalah sejak ia duduk dibangku kuliah. Keluarganya membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membayar hutang. Ia dijual oleh orang tuanya ke murcikari lalu disuruh tinggal disebuah mess kecil bersama pelacur-pelacur lainnya. Sebenarnya, Jeno juga tidak ingin melakukan pekerjaan kotor ini tapi jika ia tidak melakukannya maka orang tuanya mungkin saja akan dibunuh oleh para rentenir itu.
“Wah, tidak aku sangka ternyata mahasiswaku adalah penari ulung.”
Seorang laki-laki yang duduk tidak jauh dari perkumpulan orang-orang yang menonton penari telanjang itu hanya tersenyum miring ketika sorot matanya menangkap salah satu penari telanjang yang ia kenal.
“Hey, apa aku bisa menyewa para penari telanjang itu untuk aku tiduri?” tanyanya pada batender.
“Bisa, Tuan. Anda hanya perlu menghubungi murcikari yang memiliki klub malam ini.”
“Bantu aku. Bilang pada murcikari itu jika aku ingin menyewa salah satu penari telanjang itu. Siapkan kamar yang terbaik untukku dan jalangku.”
Si batender itu langsung pergi dari hadapan laki-laki itu untuk memanggil sang murcikari itu. Tak lama, seoarang wanita paruh baya muncul dengan dandanan yang sangat menor dengan emas-emas yang melingkar dileher serta pergelangan tangannya.
“Penari mana yang mau Anda sewa malam ini, Tuan?” tanya sang murcikari.
Laki-laki itu menunjuk Jeno sebagai targetnya.
“Lee Jeno? Bayaran Lee Jeno sangat mahal. Dia adalah penari telanjang terbaik di klub ini.”
“Kamu pikir aku tidak bisa membayarmu dan jalangmu itu? Siapkan saja kamar bagus untukku dan Lee Jeno. Aku akan bayar sewa jalangmu itu!”
Sang murcikari mendadak menjadi takut oleh sentakan yang diberikan laki-laki itu. Ia langsung mengiyakan apa yang diperintahkan laki-laki itu padanya. Jadi, setelah giliran Jeno selesai. Laki-laki manis itu langsung ditarik oleh sang murcikari.
“Bersihkan tubuhmu dan pakailah baju yang bagus! Kamu akan disewa! Berikan dia servis yang bagus atau aku akan memberimu hukuman jika kamu tidak memberikan servis yang baik untuknya.”
“Aku?”
“Apa kamu mendadak tuli? Cepat, Lee Jeno! Aku tidak ingin membuat tamuku menunggumu!”
“B—Baik, bu.”
Jeno langsung bangkit. Ia mencari baju yang sekiranya pantas untuk ia pakai walaupun rata-rata semua pakaiannya adalah pakaian terbuka dengan bahan satin yang tembus padang. Ah, sepertinya kemeja satin putih ini akan bagus untuk ia pakai. Setelah, Jeno selesai bersih-bersih. Ia disuruh untuk pergi ke kamar VVIP yang diberitahu ibu murcikari. Jeno sedikit terkejut karena ia sebelumnya tidak pernah disewa pada kamar VVIP. Pasti orang yang menyewanya adalah orang yang sangat kaya.
Jeno membuka pintu kamar itu dengan perlahan. Menyembulkan kepalanya untuk melihat kedalam takut-takut. Suasana kamar itu remang-remang yang membuat Jeno tidak terlalu jelas melihat siluet laki-laki yang sedang duduk di sofa ruang kamar itu.
“Apa jalangku sudah datang?” laki-laki itu membalikkan tubuhnya sambil menyuguhkan senyum miringnya.
Tubuh Jeno membeku di tempat ketika sorot matanya melihat siapa laki-laki yang menyapanya. Kakinya melangkah mundur. Bibir bawahnya digigit dan raut wajahnya berubah menjadi takut.
“Wah, tidak aku sangka jika asistenku di kampus adalah seorang jalang yang kerjanya mempertontonkan tubuhnya pada laki-laki lapar. Tidak aku sangka mahasiswa pintar sepertimu ternyata penari telanjang di klub gay seperti ini. Lee Jeno. Namamu akan aku catat sebagai mahasiwa bermasalah dan beasiswamu akan dicabut. Bagaimana, jika pak rektor tahu salah satu mahasiswa yang mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi ternyata adalah seorang jalang, hm?”
“J—Jangan, aku mohon, pak Jaemin.” suara Jeno bergetar. Ia menahan isak tangisnya. Siapa yang menyangka jika tamu yang menyewanya adalah dosennya sendiri. Dosen yang mengangkat dirinya sebagai asisten dosen di kampus.
“Hm? Memohonlah ketika aku menjamah tubuhmu, Lee Jeno. Jika kamu memohon padaku untuk tidak memberitaku kelakuanmu ini. Aku tidak mau.”
“Pak Jaemin. Aku...”
Tubuh Jeno ditarik oleh Jaemin untuk berada dipangkuan laki-laki itu. Matanya menatap tajam Jeno dan tangannya meraba setiap lekuk tubuh Jeno mulai dari paha Jeno yang tidak ditutupi oleh apapun hingga pinggang ramping Jeno.
“Aku dijual. Aku dijual oleh orang tuaku, Pak. Aku...”
“Orang tuamu menjual dirimu? Ternyata, orang tuamu bisa melihat peluang besar, ya? Mereka pasti tidak menyesal menjualmu, kan? Bagaimana bisa jalangku ini tetap berkuliah dengan santai padahal ia adalah penari telanjang, hm?”
Jeno tidak tahan lagi. Kata-kata itu membuat Jeno terisak. Saat ini dirinya hanya takut jika Jaemin akan melaporkannya pada pihak kampus dan mencabut beasiswanya.
“Kamu takut, Sayang? Sshh, jangan menangis. Kamu hanya boleh menangis ketika aku memasukkan penisku kedalam lubangmu itu, Sayang.”
“A—aku akan melakukan apapun untukmu, Pak. Asalkan, jangan laporkan aku pada pihak kampus...”
“Kamu berani sekali memerintahku, Lee Jeno. Disini, kamu adalah jalangku. Posisimu terlalu rendah untuk memerintahku, Lee Jeno.” Jaemin mendekatkan tubuh Jeno yang masih dipangkuannya pada dirinya.
“Aku ingin lihat tubuh telanjangmu.”
Jemari Jaemin membuka satu persatu kancing kemeja satin Jeno. Ia menatap Jeno yang tampak ketakutan.
“Takut?”
Jeno mengangguk kecil sambil menahan tangan Jaemin yang berhenti membuka kemejanya pada kancing ketiga. Tatapan mata Jeno seakan meminta Jaemin untuk berhenti menjamah tubuhnya lebih intim lagi.
“Bukankah kamu harus melakukan tugasmu sebagai seorang pelacur saat ini? Hanya karena aku adalah dosenmu jadi kamu takut padaku? Bukankah pekerjaan ini lebih mudah daripada mengajar adik-adik tingkatmu, Lee Jeno? Apa kamu tidak ingin mendapatkan bayaramu, Sayang? Atau kamu ingin aku adukan pada murcikarimu itu?”
Jeno belum sempat menjawab. Bibirnya langsung dicium oleh Jaemin. Bibir bawahnya dilumat lalu digigit kecil untuk memaksa Jeno membuka mulutnya. Lidahnya ikut bermain disana. Tangan besar Jaemin meremas bokong Jeno. Memaksa laki-laki itu menggunakan lidah hangatnya bermain pada ciuman panas itu.
Jeno terlena hingga tidak sadar ia menggesek bagian bawahnya pada bagian vital Jaemin. Tubuh Jeno menengang hingga sedikit bangun dengan tumpuan kedua lututnya. Ia sedikit mendorong tubuh Jaemin dengan kedua tangannya yang ia taruh pada kedua bahu Jaemin ketika ciuman mereka semakin intim.
“Eumh...”
Kepala Jeno mendongak. Ia memutus ciuman itu ketika merasakan tangan Jaemin terus meremas kedua bokong Jeno.
“Hey, kamu terlihat cantik dari bawah sini, Sayang. Bukankah ini permulaan yang bagus?” tanya Jaemin sambil tersenyum lalu menuntun Jeno untuk duduk dipangkuannya lagi.
“Ah...”
“Hm? Kamu merasakannya? Dia ingin segera dimanjakan oleh dirimu.” Jaemin kembali membuka kancing kemeja Jeno hingga habis pada urutan terakhir.
“Tubuh benar-benar bagus, Sayang. Berapa banyak laki-laki yang sudah menjamah tubuh ini?”
“B—Banyak, ah! Pak...” Jeno menahan kepala Jaemin yang sedang menghisap putingnya. Seketika putingnya menjadi tegang akibat sentuhan lidah Jaemin yang terasa hangat itu.
“Engh, ah! P—pelan, Pak. Putingku, sakit! Ah!”
Jaemin melepas hisapannya. “Putingmu tengang, Jen. Mereka menggodaku untuk dihisap. Jangan panggil aku dengan sebutan “Pak”. Panggil aku Jaemin ketika kita sedang berdua seperti ini. Mengerti?”
Jeno mengangguk kecil. Ia mengigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya yang hendak keluar ketika Jaemin menghisap putingnya lagi. Dan, lagi-lagi Jeno mulai terlena dengan sentuhan Jaemin.
“Jaem...”
Jaemin melirik Jeno ketika ia mendengar namanya dipanggil dengan nada lirih oleh Jeno. Ia tersenyum miring lalu menghisap puting tegang itu semakin keras dan mengigitnya hingga Jeno berteriak kesakitan.
“Turun dari pangkuanku. Lepaskan kemejamu dan celana dalamu dan menarilah didepanku.”
Mau tidak mau Jeno menurut. Ia turun dari pangkuan Jaemin. Ia membuka kemeja satin putih dan celana dalam dengan warna senada itu lalu dia lempar ke sembarang arah sebelum akhirnya ia mempertontonkan tubuh telanjangnya pada Jaemin dan menari tarian erotis di depan dosennya sendiri.
Melihat itu, Jaemin menjilat bibir bawahnya. Penisnya semakin tegang ketika melihat lekuk tubuh ramping itu menari. Bagian bawah Jaemin semakin sesak hingga ia akhirnya melepas celana bahan yang ia pakai dan menyisakan celana bokser yang ia pakai dengan bagian vital yang menonjol karena tegang.
Jeno merangkak mendekat pada Jaemin yang duduk di sofa. Ia memperlihatkan tatapan sayunya pada Jaemin dengan mulut yang setengah terbuka. Hal itu membuat Jaemin mengelus kepala Jeno. Bagaimana bisa mahasiswa ini sekarang lebih mirip seekor anak anjing yang sedang birahi dan minta dibuahi.
“Jen, kamu benar-benar sangat pandai untuk menggoda. Aku ingin lihat sejauh mana kamu menggodaku.” kata Jaemin lalu menjambak rambut Jeno hingga membuat Jeno meringis kesakitan.
Yang Jeno lakukan setelahnya adalah berlutut dihadapan kaki Jaemin yang terbuka. Ia mengecup penis Jaemin yang masih terbungkus celana bokser sebelum akhirnya tangannya melepas celana bokser itu. Jeno mulai memasukkan setengah penis Jaemin kedalam mulutnya. Ia mulai mengulum penis besar itu. Sesekali lidahnya bermain pada lubang kencing Jaemin membuat Jaemin menggeram rendah dan semakin menjambak rambut Jeno.
“Argh! Sialan, Lee Jeno. Mulut jalangmu! Ah! Memang tercipta untuk mengulum setiap penis laki-laki. Ah, akan aku robekkan mulutmu dengan penisku.” Jaemin mendorong penisnya hingga ujung tenggorokan Jeno.
“Akh! Khh...”
Jaemin mendorong keluar lagi penisnya secara perlahan lalu mendorong lagi penisnya kedalam dengan gerakan kasar hingga masuk ke ujung tenggorokan Jeno. Rasanya, Jeno ingin muntah. Mulutnya benar-benar diperkosa secara brutal oleh Jaemin hingga rasanya sulit bagi Jeno untuk bernafas. Jeno tidak sengaja mencakar paha Jaemin.
“Argh! Sial, Lee Jeno! Beraninya...”
Bukannya berhenti. Jaemin semakin menyiksa mulut Jeno. Memasukkan penisnya dan menyuruh Jeno menghisap kuat-kuat penis itu seperti rokok.
“Argh!”
Sperma Jaemin yang keluar berceceran hingga lantai karena mulut Jeno tidak cukup menampung banyak sperma yang keluar. Bahkan, diam-diam Jeno memuntahkan sperma Jaemin yang tertahan dalam mulutnya karena ia tidak sanggup menelan cairan putih kental itu.
“Mulut ini memang sangat pintar. Pintar berciuman juga pintar menghisap penis.” ucap Jaemin sambil memegang ujung dagu Jeno sebelum akhirnya ia menjilat ujung bibir Jeno yang belepotan cairan spermanya. Ia mencium lagi bibir tipis itu. Samar-samar ia juga ikut merasakan cairan spermanya yang tertinggal dibibir Jeno.
Tubuh Jeno diangkat oleh Jaemin menuju kasur. Ia meletakkan tubuh Jeno yang sudah terlanjang bulat itu. Kaki Jeno dibuka lebar. Bisa Jaemin lihat lubang yang menggoda hasratnya. Ingin rasanya Jaemin melesakkan penisnya pada lubang ketat itu.
“Tunjuk bagian tubuh mana yang ingin aku jamah.” pintah Jaemin.
Jeno meneguk ludahnya. Ia mengangkat kedua kakinya kearah dada dengan posisi mengangkang. Ia menahan kakinya dengan kedua tangannya. Jaemin tersenyum miring. Tangannya menyentuh lubang Jeno dan buah zakar Jeno.
“Lu—lubangku. Sentuh lubangku, Jaem...”
“Kamu ingin aku hanya menyetuhnya atau memanjakan dia hingga kamu berteriak nyaring?” tanya Jaemin sambil menundukkan tubuhnya.
“Akh! Ah...”
Jilatan yang Jeno rasakan pada lubangnya membuat Jeno memekik nikmat. Ia berusaha untuk menahan kakinya untuk tetap pada posisinya karena takut akan mengganggu Jaemin yang sedang mengerjai lubangnya itu. Sapuan lidah Jaemin pada lubangnya membuat tangan Jeno melemas hingga akhirnya Jaemin menahan paha Jeno.
“Ah! Jaem, aku akan keluar!”
Jeno menyentuh penisnya. sendiri. Ia mengocok penisnya pelan sambil merasakan pelan-pelan lidah Jaemin yang masih menjelajah lubangnya itu. Namun, dengan cepat tangan Jaemin menutup lubang kencing Jeno. Laki-laki itu tidak membiarkan Jeno untuk mencapai ejakulasinya. Ia menghentikan kegiatan rimmingnya.
“Jaemin, aku mohon.”
“Aku tidak akan membiarkanmu keluar sekarang walaupun penismu sekarang sudah berdiri dan meminta kenikmatan. Aku ingin kamu keluar ketika aku memasukimu.” kata Jaemin dengan tatapan tajamnya.
“Kalau begitu, masuki aku, Jaem. Rusak aku sampai kamu puas. Bukankah aku ini jalangmu?”
Jaemin tersenyum miring. Ia mengukung tubuh Jeno lalu melebarkan kaki Jeno dengan kedua tangannya. Penis tegangnya sudah menggesek lubang Jeno sebelum ia masukkan. Bibir kembali mencium bibir Jeno dan menjelajah ke leher jenjang Jeno. Tidak lupa, memberi tanda pada leher putih itu. Perlahan, Jaemin memasukkan setengah penisnya.
“Ah! Eumh!” tangan Jeno langsung mengalung pada leher Jaemin ketika ia merasakan gerakan maju mundur dalam tempo pelan.
“Kamu perlu membiasakan ukuran penisku. Jika aku langsung memasukkannya pasti lubangmu akan robek.” bisik Jaemin pada telinga Jeno.
Jeno mendesah kecil. Walaupun, baru setengah penis Jaemin yang masuk kedalam lubang Jeno. Rasanya luar biasa nikmat. Jeno memejamkan matanya dengan mulut yang setengah terbuka. Ia jadi sedikit tidak sabar hingga akhirnya mendorong tubuh Jaemin dengan kakinya yang sekarang melingkar pada pinggang Jaemin.
“Akh! Ah!”
“Nakal. Kamu benar-benar nakal, Jeno. Apa kamu sudah tidak sabar, hm?”
“Tolong, bergeraklah. Gerakan penismu dengan cepat sampai aku enggak bisa ngomong dan cuma bisa ngedesah nama kamu, Jaem.”
“As you wish, Sayang.”
Jaemin benar-benar menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Ia mendorong penisnya dalam-dalam hingga berkali-kali mengenai prostat Jeno. Tubuh Jeno terhentak akibat gerakan cepat itu. Puting tegangnya tidak luput dari perhatian Jaemin ketika ia bergerak. Setiap desahan nama yang Jeno keluarkan membuat Jaemin semakin besar kepala untuk semakin kejam menjamah tubuh Jeno.
“Iya, ah! Seperti itu, hah! Desahkan namaku seperti yang kamu mau, Jen. Kamu benar-benar membuatku gila, Jen.”
Jeno menangis karena tubuhnya terus diberi kenikmatan oleh dosennya. Belum lagi ketika penisnya dikocok dengan gerakan cepat oleh tangan Jaemin. Dikerjai juga lubang kencingnya dengan garukan yang membuat tubuhnya bergetar hebat.
“Jaem, ah! Di—Disitu! Aku ingin...Akh!”
Jeno tidak tahan lagi. Ia kelepasan. Membanjiri tangan Jaemin dengan cairan spermanya. Melihat itu, Jaemin berhenti bergerak. Ia menatap tangan kanannya yang dipenuhi oleh cairan lengket itu. Gilanya, Jaemin menjilat sperma Jeno hingga bersih.
“Aku belum keluar, Jen. Jadi, permainan ini masih berlanjut.” kata Jaemin setelah menjilat bersih sperma Jeno. Ia mengangkat tubuh Jeno dan mendudukkan Jeno pada pangkuannya.
“Ah!” Jeno memekik ketika merasakan penis Jaemin mentok didalam sana. Posisi ini membuat penis Jaemin yang tegang menyentuh prostatnya lagi.
“Geraklah. Buat aku keluar dengan gerakan pinggulmu itu, Sayang.”
Jeno mengigit bibirnya. Kedua tangannya ia tumpu pada bahu Jaemin sebelum akhirnya ia bergerak naik turun untuk memanjakan penis Jaemin yang masih berada dilubangnya.
Jeno selalu suka posisi ini. Ketika ia harus bergerak diatas para pelanggannya. Posisi ini membuat Jeno semakin liar untuk bergoyang diatas pelanggannya. Sesekali ia merasakan nyeri tapi setelah itu ia mendesah lagi.
“Gerakanmu terlalu pelan. Aku tidak akan keluar dengan gerakan seperti itu!” sentak Jaemin yang mulai memegang pinggul Jeno dan membantu laki-laki itu untuk bergerak lebih cepat.
“Ah, Jaem! T—Terlalu cepat! Ah! Pelanlah. Aku mohon, ah!”
Jeno memeluk tubuh Jaemin erat. Ia sudah pasrah karena tidak lagi bisa mengimbangi gerakan Jaemin yang kasar itu. Jeno memekik lagi ketika Jaemin mengubah posisi mereka. Kali ini Jaemin memasukinya dari belakang seperti hewan yang sedang kawin dan dipenuhi birahi. Jeno hanya bisa berteriak sambil meremat seprai sebagai pelampiasannya.
“Argh! Jen, aku akan keluar!”
“Ah!”
Jaemin membenamkan penisnya pas lubang Jeno ketika ia mengalami ejakulasinya. Spermanya tertampung pada lubang Jeno hingga luber mengotori seprai kasur. Jeno juga mengalami pelepasan keduanya. Tubuhnya yang lemas itu ambruk. Sesi bercinta yang lama bagi Jeno.
“Apa kamu merasakannya?” tanya Jaemin yang memeluk tubuh Jeno dari belakang.
“Apa kamu merasakan spermaku memenuhi lubangmu, Jeno?”
Jeno mengangguk lemah. Sepertinya suaranya sudah habis usai berteriak dan mendesah selama sesi percintaan mereka.
“Aku tidak percaya jika aku sudah menjamah tubuh mahasiswaku sendiri. Ternyata ada juga tubuh mahasiswaku yang enak untuk ditiduri seperti ini.” Jaemin tertawa lalu mengeluarkan penisnya dari lubang Jaemin.
Jaemin mendekati tubuh Jeno yang tidur memunggunginya. Pundak Jeno dikecup oleh Jaemin. Tangan Jaemin memeluk tubuh Jeno erat sambil mengelus pelan perut Jeno yang terlihat kembung itu.
“Pak, Anda tidak akan bilang kepada rektor atau menyebarkan berita bahwa aku adalah seorang jalang, kan?”
“Tidak akan tapi dengan satu syarat.”
Jeno membalikkan tubuhnya untuk menghadap Jaemin. “Apa syaratnya, pak?”
“Jadilah, alat pemuas nafsu untukku, Lee Jeno.”