iby

Content Warning Graphic description of sex, Video Call Sex (VCS), Explicit Scene (nipple playing, fingering, masturbation), Dirty Talk, Local Porn Word, M-Preg (Male Pregnant), Mantioning Male Lactation


“Sayang, kenapa? Ini aku udah selesai. Udah mau OTW pulang.”

“Kamu dimana sekarang? Masih di studio?”

“Enggak, aku udah ada di mobil.”

Marko menggerakkan ponselnya untuk memperlihatkan pada Jerash bahwa ia sudah ada di mobil.

“Enggak tahan, Ko. Bantuin aku, please...”

“Iya, nanti di rumah, Sayang.”

“Maunya sekarang!”

Marko melihat di layar ponselnya kalau Jerash sudah bertelanjang dada dengan puting yang mencuat. Marko meneguk ludahnya kasar saat melihat pemandangan itu. Gemas rasanya ingin mengemut puting tegang itu seperti saat mereka sedang bermain di atas ranjang.

“Liat kan? Puting aku tegang banget daritadi, Ko. Rasanya gatel dan pengen aku garuk. Pengen aku mainin. Boleh enggak?”

Marko tahu kemana arah video call ini. Jadi, ia menyambungkan audio ponselnya pada eaphone wireless dan memundurkan kursi kemudi.

“Boleh, Sayang. Coba manjain putingnya sendiri. Coba kamu sentuh puting kamu, dipelintir pelan aja, Sayang.”

“Eung? Ah...Gini? Enak...Hngh, ini rasanya kayak waktu kamu mainin puting aku. Kamu—Ah! Suka kan mainin puting aku?”

“Iya, apalagi kalo puting kamu yang lagi tegang aku mainin pake mulut. Aku emut kenceng sampai kamu desah keenakan. Sampai kamu merem melek saking enaknya. Sayang, kamu kan lagi hamil. Pasti nanti tete kamu makin montok. Makin gede. Makin enak kalo aku lagi grepe-grepe tete kamu. Paling itu puting kalo aku puter-puter....Iya, puter kayak gitu, Jer. Bisa keluar asinya.”

“Kotor....Kotor—Ah! Gila! Ngh, lubang aku kedutan. Mulut kamu kotor banget.”

“Lebih gila mana sama kamu, Jer? Video call aku cuma buat minta bantuin kamu. Tarik puting kamu, Jer!”

“Ah! Hnhh, Marko—Ah!”

Jerash menuruti perintah Marko untuk menarik putingnya. Jerash berusaha meletakkan ponselnya pada tumpukan bantal agar Marko bisa melihat dirinya menyentuh diri sendiri dibawah perintah Marko. Kedua kakinya kini tidak bisa diam untuk menahan rasa geli. Ingin rasanya Jerash memasukkan jarinya pada lubangnya yang berkedut. Diam-diam, Jerash membuka celana yang ia pakai. Kini dirinya sudah telanjang bulat.

Wajah sayu itu terlihat jelas di layar ponsel Marko yang membuat Marko mengelus penisnya yang tegang dibalik celananya. Apalagi, saat melihat tubuh Jerash yang tidak terbalut apapun.

“Emang bener, ya kalo lagi hamil tuh binalnya keluar! Binal banget. Tau-tau udah telanjang. Kenapa? Lubangnya udah kedutan gara-gara putingnya dimainin.”

“Emang kamu enggak? Ngocok sana. Kamu nyimpen kondom di mobil kan?”

Marko mendengus. Ia mengambil satu bungkus kondom yang ia simpan di dompet (kebiasaan Marko yang dari dulu selalu menyimpan alat kontrasepsi di dompetnya, takut kalau dirinya dulu kebablasan dengan Jerash kalau sedang pacaran).

“Sayang...”

Nada mendayu itu membuat Marko meremang. Yang ia lihat di layar ponselnya kini adalah Jerash yang sedang memainkan kedua putingnya dengan posisi mengangkang yang memperlihatkan lubang dan penisnya yang tegang.

“E—Enggak bisa—Ah! Enggak tahan. Aku mau dimasukin...”

“Masukin lubang kamu pake jari, Jer. Bayangin kalo kontol aku lagi ada disana. Lagi gerak buat ngerusak lubang kamu. Buat sentuh prostat kamu. Bayangin, kalo kontol aku buat kamu keenakan.”

“Be—Bentar...”

Jerash mulai memasukkan dua jarinya pada lubangnya sedangkan satu tangannya lagi masih memainkan putingnya.

“Gerakin jari kamu. Aku juga lagi ngocok kontol aku, Jer. Pelan aja. Rasain gimana—Ah! Anjing, rasain gimana gerakan jari kamu. Mentokin, Jer kayak kontol aku kalo ada di dalem lubang kamu.”

“Khh—Ah! M—Marko...Ah!”

Jerash memejamkan matanya. Ia membayangkan bagaimana tubuhnya saat ini sedang digauli oleh suaminya dengan gerakan kasar yang menyentuh titik nikmatnya. Mungkin, jarinya tidak cukup untuk memuaskan Jerash tapi bayangan liar tentang Marko dan aktivitas ranjang mereka membuat Jerash semakin terangsang.

“Marko, enak! Di—Disentuh disitu....”

“Iya, Sayang. Enak ya kontol aku mentok dilubang kamu? Aku mentokin lagi ya—ah! Jer, sempit banget lubang kamu. Kontol aku bisa nyundul bayi yang di perut kamu.”

“Ah! I—iya—ahh! Ahn! Kena! Marko, Marko—Ah! Kontol kamu nyundul bayi...Hiks, dedek seneng ditengok kontolnya daddy—Hhhh!”

Marko semakin cepat mengocok penisnya. Ia membayangkan jika dirinya sedang menghentak kuat Jerash hingga laki-laki manis itu berteriak kencang dibarengi desahan halusnya. Ingin rasanya Marko merusak suaminya malam ini dengan banyak gaya seks yang belum pernah mereka coba.

“Ah! Jerash! Argh!”

“Sayang, mau keluar—Ahn!”

“Argh! Kocok aja kontol kamu, Jer sambil terus gerakin jari kamu—Ah! Aku juga mau sampai dikit lagi.”

Marko melihat Jerash masih menggerakkan jarinya dan tangannya yang lain kini sudah beralih untuk mengocok pelan penisnya.

“Ah! Ah! Marko! Hah! Marko, aku mau keluar—Ah!”

Nafas Jerash terengah. Ia langsung menyadarkan punggungnya di headboard kasurnya. Jari pada lubangnya sudah di keluarkan. Jerash masih mengocok pelan penisnya. Perutnya kini agak merasa kram selepas ejakulasinya.

“Enak, Sayang?”

“Enak...Kamu keluar banyak nggak?”

Marko melihat penisnya yang terbungkus kondom. Masih tegang. Ia belum sepenuhnya puas.

“Banyak. Soalnya ngocok sambil ngebayangin wajah sange kamu pas lagi aku entot.”

Jerash tersipu malu. Ia mengambil banyak lembar tisu untuk membersihkan sisa masturbasinya karena melakukan video call nakal bersama sang suami.

“Makasih, Sayang...”

“Oke, kalo gitu aku pulang, ya?”

“Hati-hati, ya. Aku tutup ya, Sayang.”

“Hm...”

Sambungan telepon video itu diakhiri. Marko masih menatap penisnya yang terbungkus oleh kondom. Ia lepas kondom itu untuk diganti yang baru. Kacau, ia masih ingin lagi.

“Jerash, liat aja. Malem ini, kamu enggak bakal tidur.” desis Marko ditengah kegiatannya yang sedang mengocok pelan penisnya lagi sambil menjalankan mobilnya.

Content Warning Graphic Description of Sex, Explicit Scene (kissing, nipple playing, dry humping, handjob), Local Porn Word, Dirty Talk


“Shanshan, kamu kenapa kalo nyusu tuh cepet banget ngeyotnya? Ayah kalah kayaknya. Ayah kalo ngeyot punya—aduh, Nino apa sih?” lengan Milan disikut oleh Nino sambil dipeloti galak oleh Nino.

“Enggak boleh ngomong jorok sama anaknya!” tegur Nino galak.

Milan hanya bisa menyengir kaku. Tangannya lalu meraba dada Nino. Ia mulai mengusili Nino padahal posisinya sang suami sedang memberikan susu ke Shankara agar bayi itu segera tidur.

“Lan...Eugh, Shankara lagi nyusu. Nanti aja—Ah!”

“Bener, ya?” tagih Milan.

Nino hanya mengangguk. Nino menyuruh Milan untuk menyingkirkan tangan Milan dari dadanya. Hingga akhirnya saat Shankara sudah tertidur dan Nino meletakkan bayi itu di box tidurnya. Milan tersenyum puas karena gilirannya untuk menyusu pada Nino.

“Sini, Sayang.” Milan menepuk pahanya untuk menyuruh Nino duduk dipangkuannya.

Nino menuruti perintah Milan untuk duduk di pangkuan laki-laki itu. Malam itu, Nino sengaja menggunakan celana pendek yang bahannya tipis karena keinginannya tadi siang; melakukan dry humping di pangkuan Milan sambil menyusui bayi besarnya. Nino sengaja memposisikan belahan pantatnya pada penis Milan.

“Hebat juga kamu.” kata Milan yang tangannya sudah mulai meraba dada Nino.

Milan selalu melakukan ini. Mengusili puting Nino dengan sentuhan jarinya dulu baru nanti menggunakan bibir dan giginya untuk lebih memberikan ransangan pada Nino.

“Ke—Kenapa? Ahn!”

“Enggak kerangsang karena aku sexting tadi.” kata Milan yang kini sudah membuka satu persatu kancing piayama Nino.

“Siapa bilang? Aku sejujurnya kerangsang...” Nino mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur.

“Oh....”

Milan membawa Nino pada ciuman lembut yang gerakannya hanya saling melumat bibir satu sama lain tapi lama kelamaan berubah menjadi ciuman yang lebih intim dengan perang lidah yang saling menjilat satu sama lain. Milan membiarkan Nino melakukan apa yang ingin laki-laki itu lakukan.

“Ah!”

Nino meremas pundak Milan sewaktu Milan memilin kedua putingnya yang langsung menengang karena sentuhan itu. Seluruh tubuhnya langsung menjadi sensitif saat Milan mulai menyentuh putingnya.

“E—Enggak tahan, Lan. Mau gerak juga. Boleh?”

Sure.”

Dengan gerakan memutar jempol Milan kembali merangsang puting Nino sedangkan Nino sudah mulai bergerak mencari kepuasannya dengan menggesekkan belahan pantatnya ke penis Milan yang sudah agak menegang itu. Lubangnya terasa ingin dimasuki karena berkedut. Ini yang Nino inginkan. Bergerak diatas Milan sambil menyusui suaminya.

“Ah! Ngh! Ah!”

Mata Nino memejam dengan gerakan pinggul yang semakin cepat saat Milan mulai memainkan putingnya dengan mulutnya. Puting Nino diemut pelan lalu dijilat dan dimainkan dengan gigi.

“S—Sakit! Ahn! Ah! Milan! Lan—Ah!”

Tangan Nino menekan kepala Milan agar laki-laki itu semakin gencar memainkan putingnya.

“Ah! Enak banget. Enak banget, Milan—Ngh...Ah! Kenyot terus. Ahn...”

Bibir Milan berhenti untuk memainkan puting Nino. Kini gantian tangannya yang merangsang puting tegang itu.

“Ah!” Nino membusungkan dadanya sambil berusaha mempertahankan bobot tubuhnya di pangkuan Milan.

“Enak ya? Dry humping di paha aku? C'mon, No. Aku mau liat kamu keluar gara-gara gesek di paha aku.”

“Ngh! I—Iya. Enak. Lubang aku kedutan. Kerasa lengket banget—Ah! Milan, tolongin...”

“Enggak. Aku bakal nolongin dengan cara ini aja.”

Milan kembali menyusu pada puting Nino. Kini emutannya lebih kencang hingga Nino berteriak nikmat dan semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Gesekan antar fabrik dan kemaluannya itu membawa kenikmatan yang membuat Nino lupa jika ada bayi kecil di kamar mereka.

“Milan, I'm close! Please—Ah! Milan, bentar lagi. Hiks, aku mau keluar! Milan...Hah! Milan—Ah! Ah!”

Tubuh Nino bergetar saat ia mengalami ejakulasinya. Tangannya mengeluarkan penisnya untuk ia kocok pelan. Cairan putih kental itu mengotori piayama yang digunakan Milan.

“Wow! Nino!” Milan terkejut dengan yang dilakukan Nino.

“Ahn! Banyak...Aku mau keluarin semua. Enggak cukup. Aku perlu—Ah! Enak banget, Milan! Milan! Please aku pengen cum lagi. Mainin. Kocok bareng! Keluarin. Cepet. Kontol kamu. Mana kontol kamu?”

Milan menahan bobot tubuh Nino. Ia mengeluarkan penisnya yang langsung ia satukan dengan penis lembap Nino yang sudah bercampur dengan lelehan sperma Nino. Rasanya licin saat Milan berusaha mengocok penis mereka bersamaan.

“Ah! Nino! Argh!”

“Terusin—Ah! Milan...Hah! Ahn! Ah! Cum! Shit—Ah!”

Tubuh Nino bergetar lagi. Ia langsung lemas setelah ejakulasi kedua mereka. Kepalanya ia letakan pada pundak Milan sambil mengatur nafasnya. Begitu pun dengan sang suami yang deru nafasnya terengah-engah tapi tangannya masih usil meraba ujung penis Nino.

Stop, aku lemes banget, Lan. Main sama kamu tuh bikin capek.”

“Capek apa bikin mau lagi, hm?” goda Milan lalu mencium bibir Nino sebelum akhirnya menggendong tubuh Nino ke kamar mandi.

“Lan, ngapain?” tanya Nino sambil menepuk pundak Milan.

“Mandi. Kamu tidur dengan badan lengket peju gini?”

“Bego banget!” Nino hanya bisa mendengus kesal tapi akhirnya pasrah dibawa ke kamar mandi.

Walaupun pada akhirnya mandi bareng mereka diakhiri dengan desahan Nino pada dua menit pertama.

“Milan—Ah! Masuk...”

“Iya, tinggal gerak. Kasian, lubang kamu kedutan minta diisi.”

“Hu'um. Anget lubangnya diisi sama kontol kamu. Digerak—Ah! Mentok—Ahn...”

Content Warning: Graphic Description of Sex, Explicit Scene (fingering, nipple playing, handjob, petting), Dirty Talk, Local Porn Word, Protected Sex, Vanilla Sex


Jaziel mengetuk pintu kamar Nathan dengan ketukan pelan karena takut menganggu Nathan di dalam sama. Laki-laki itu sudah membeli kue ulang tahun untuk Nathan agar sang pacar tidak lagi marah kepadanya walaupun.

“Nathan...” Jaziel membuka pelan pintu kamar Nathan. Kepalanya melongok untuk melihat apa yang sedang Nathan lakukan di dalam kamarnya.

“Apa?” tanya Nathan yang mengalihkan fokus dari laptopnya.

Jaziel berjalan masuk untuk mendekati meja belajar Nathan. Ia membawa kue ulang tahun dengan lilin yang udah menyala.

Happy birthday! Maafin aku karena aku lupa hari ulang tahun kamu. Aku enggak bermaksud untuk lupain ulang tahun kamu, Na. Aku emang salah karena enggak kasih catatan di kalenderku.” kata Jaziel dengan suara pelan. “Jangan marah sama aku lagi. Please...”

Nathan menghela nafasnya. Ia lalu memejamkan matanya sebelum akhirnya meniup lilin ulang tahunnya. Nathan tersenyum kecil sambil menerima kue ulang tahun berukuran sedang itu. Ia mencolek sedikit krimnya untuk Nathan coba sebelum akhirnya menaruh kue itu di meja belajarnya.

“Makasih, ya.” kata Nathan lalu menarik tubuh Jaziel untuk mendekat padanya lalu menuntun Jaziel untuk duduk dipangkuannya. “Aku udah enggak marah sama kamu.”

“Beneran?” tanya Jaziel sambil menatap Nathan dengan matanya yang mulai berkaca-kaca karena takut kalau sang pacar masih marah.

“Beneran, Sayang.” kata Nathan lalu memeluk tubuh Jaziel untuk menenangkan Jaziel. “Awalnya, emang aku marah sama kamu karena kamu lupa tapi kalo dipikir-pikir itu kan hal yang wajar kalo orang bisa lupa sama hal-hal kayak gitu.”

Jaziel menjadi lega kalau Nathan tidak lagi marah kepadanya. Kedua tangannya mengalung erat pada leher Nathan sebelum akhirnya menghadiahi Nathan dengan ciuman pada bibir Nathan. Awalnya, Jaziel mencoba untuk memimpin ciuman itu karena ia bermaksud untuk memanjakan Nathan dengan kecupan-kecupan lembutnya tapi Jaziel menjadi kewalahan sendiri karena Nathan tiba-tiba memperdalam ciuman mereka dengan lidah mereka yang saling beradu.

Nafas mereka saling memburu tapi keduanya enggan untuk menyudahi. Nathan menarik tubuh Jaziel untuk lebih dekat dengan dirinya. Bagian bawah mereka saling tergesek yang membuat tubuh Jaziel berdesir.

“Hah...”

Ciuman itu terputus saat Jaziel mendorong pelan tubuh Nathan. Ia benar-benar sudah kehabisan nafas untuk melanjutkan ciuman intim mereka. Mata mereka saling menatap dengan nafas yang sama-sama beradu. Kedua tangan Nathan merambat mengelus punggung Jaziel dibalik kaos yang Jaziel kenakan.

“Ah...” Jaziel meremas kedua pundak Nathan saat sang kekasih memainkan kedua putingnya dengan ibu jarinya. Gerakan memutar pada kedua puting Jaziel membuat dua tonjolan itu mencuat tegang.

“Enak?” tanya Nathan saat itu semakin nakal memainkan puting Jaziel.

“Hum...” Jaziel mengangguk pelan sambil menutup mulutnya. Ia malu kalau harus mendesah lagi karena putingnya yang dimainkan.

Jaziel ingin menangis rasanya apalagi saat Nathan menyingkap kaos yang ia kenakan lalu mendekatkan bibirnya pada salah satu puting Jaziel. Bibir itu mengemut puting Jaziel sambil jemari bebasnya memainkan puting Jaziel yang satu lagi. Stimulus yang Nathan berikan pada tubuh Jaziel membuat Jaziel mendesah lagi. Kali ini lebih kencang karena putingnya bukan lagi hanya diemut tapi juga dimainkan dengan gigi Nathan.

“Jangan, Na. Ah! U—Udahh...” Jaziel berusaha menghentikan perbuatan liar Nathan pada kedua putingnya.

Mungkin, ini adalah hal yang paling jauh yang pernah mereka lakukan selama ini selain petting. Itu pun cuma mereka lakukan sekali. Jaziel semakin merengek meminta Nathan untuk berhenti karena sekarang tubuhnya benar-benar terangsang oleh sentuhan Nathan. Penisnya sudah mulai tegang.

Nathan jelas mengetahuinya. Ia terkekeh pelan lalu kedua tangannya beralih untuk memegang bokong Jaziel. Ia mengangkatnya sedikit sebelum menggesekan belahan pantat Jaziel pada penisnya.

“Hah! Ah! Nathan, ah!”

“Zi, kontol aku makin keras digesek sama pantat kamu.” kata Nathan sambil menggerakan maju mundur bokong Jaziel.

Jaziel menggeleng pelan sambil mengigit bibirnya. Ia takut jika Nathan akan mengerjai tubuh semakin jauh. Apalagi, saat tubuhnya digendong oleh Nathan dan tidurkan di atas tempat tidur Nathan.

“Aku udah enggak bisa nahan diri aku, Zi. Tiap aku nyium kamu yang ada dipikiran aku gimana bibir aku ini bisa nyentuh tubuh kamu ke bagian yang paling dalem. Yang bikin kamu bisa ngedesah enak.”

“N—Nathan...”

“Iya, Sayang?” Nathan mulai menurunkan celana yang dipakai Jaziel.

“Ja—Jangan...” Jaziel berusaha untuk meraih celananya tapi dengan cepat Nathan membuang celana itu ke lantai.

Nathan menyentuh penis Jaziel yang sudah agak tegang. Ketiga tangannya bergerak memutar untuk mengusili kepala penis Jaziel sebelum akhirnya mengeluarkan penis Jaziel untuk ia kocok dengan gerakan pelan. Jaziel mendesah saat ia merasakan nyeri nikmat yang luar biasa pada penisnya yang dikocok oleh Nathan.

“Nathan...Mau....Ahn! Ah! Aku mau keluar...” Jaziel berusaha menggenggam tangan Nathan.

Kepala Jaziel mendongak. Tubuh dan kedua kakinya lemas saat ia mengalami ejakulasi. Spermanya mengotori perut juga tangan Nathan. Nathan mengambil tisu disamping tempat tidurnya untuk mengelap sperma Jaziel.

“Capek, Zi? Ini baru setengah jalan. Kamu jangan capek dulu.” kata Nathan lalu membuka celana yang ia gunakan.

Ditengah kesadarannya itu, Jaziel merasa jika sekarang ia dihadapkan oleh pribadi Nathan yang berbeda. Kali ini yang ada dihadapannya adalah Nathan yang mendamba tubuhnya dan si ahli urusan ranjang. Jaziel tidak berbohong. Nathan benar-benar membuatnya gila sekarang. Sekarang, Jaziel malah penasaran apalagi yang Nathan akan buat dengan tubuhnya.

“Inget enggak waktu kita petting?” Nathan mengeluarkam kejantannya sambil ia kocok pelan sebelum ia dekatkan pada penis Jaziel.

“Akh! Ah...”

“Inget enggak, Sayang rasanya gimana? Rasanya gimana waktu kontol kita sama-sama kegesek kayak gini. Inget enggak waktu kita sama-sama keluar cuma gara-gara gesek kontol doang?”

“Inget. Aku inget, Na.” Jaziel menahan desahannya saat menjawab pertanyaan Nathan.

Nathan semakin menggerakan pinggulnya untuk menggesek penis Jaziel.

“Ngh! Ah! Nathan aku mau keluar lagi, ah! Enggak tahan...”

“Bentar, argh! Hah, Jaziel.” Nathan menggeram rendah. Tangannya mengocok penis miliknya dan Jaziel. Ia juga sudah hampir berada diujung.

“Akh! Hah!”

Ejakulasi kedua Jaziel. Ini belum permainan inti ranjang mereka tapi rasanya sudah sangat amat panas.

“Zi, aku bakal ngelakuin hal yang lebih jauh daripada ini.” Nathan membuka celana dalamnya serta kaos yang ia pakai dihadapan Jaziel. “Gimana?”

Jaziel terdiam. Ia menatap Nathan dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Jaziel mengangguk pelan. Ia melepas celana dalamnya lalu melemparnya sembarang juga kaos yang Jaziel pakai juga dilepas supaya ia juga sama-sama telanjang.

“Na, sentuh aku. Aku juga mau hal yang lebih jauh daripada kamu cium aku kayak dulu-dulu.” jawab Jaziel.

Nathan tersenyum kecil. Ia membawa Jaziel pada ciuman intim yang basah. Nathan menggunakan bibirnya untuk mengabsen setiap titik sensitif Jaziel mulai dari telinga, leher, dada, perut dan paha dalam Jaziel. Semua bagian itu dikecup dan dicium dengan lembut oleh Nathan.

“Na...”

“Aku nyari kondom dulu.” kata Nathan sambil menarik laci nakas samping tempat tidur. Nathan mengambil satu bungkus silver itu lalu membukanya. Ia memasang kondom itu sambil mengocok penisnya.

Setelahnya, Nathan membuka kedua kaki Jaziel. Ia lupa satu hal bahwa dirinya tidak memiliki lubricant. Nathan mengulum kedua jarinya hingga lembab sebelum akhirnya memasukkan kedua jari itu pada lubang Jaziel.

“Ah! Nathan, sakit...” Jaziel mengerang sakit karena merasakan gerakan jemari Nathan pada lubangnya yang sempit.

“Tahan. Aku enggak mungkin ngelakuin hal itu tanpa nyiapin kamu, Zi.”

Jaziel merasakan jemari Nathan semakin bergerak liar disana seperti mencari sesuatu.

“Ah!”

Nathan tersenyum kecil. Ia meggerakan jemarinya sekali lagi pada daerah itu dan menyentuh tonjolan kecil itu membuat Jaziel mendesah nikmat lagi. Nathan mengeluarkan jemarinya. Ia menahan kedua paha Jaziel.

“Zi, aku masuk ya.”

Jaziel mengangguk pelan. Ia meremas bantal dengan erat. Ia bergerak gelisah ketika Nathan mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam lubangnya.

“Ngh....Ah...Ngh...Argh!”

Jaziel menatap Nathan saat penis Nathan berhasil masuk ke dalam lubang Jaziel. Rasanya sangat penuh dan sesak. Ukuran penis Nathan seakan merobek lubangnya.

“Aku gerakin ya?”

“Ah!”

Nathan menggerakan pinggulnya dengan tempo perlahan. Mata Nathan menatap bagaimana Jaziel mendesah dan tubuhnya yang terhentak karena gerakan pinggul Nathan.

“Ah, Nathan enak! Hah, kamu nyentuh itu berkali-kali, ah!”

Jaziel semakin meremas bantalnya. Prostatnya disentuh berkali-kali oleh kepala penis Nathan yang membuatnya semakin terangsang. Jaziel belum pernah merasakan sensasi ini sebelumnya.

“Nathan! Nathan!”

“Zizi, kamu itu hadiah ulang tahun terindah aku. Hah! Sempit banget, Zi. Aku jadi pusing. Aku pengen hentak kamu lebih cepet lagi. Lebih dari ini.”

Nathan mulai begerak lebih cepat. Ia memegang pinggul Jaziel untuk mendorong penisnya semakin dalam.

“Nathan, ah! Aku mau klimaks.”

Nathan sebenarnya belum ingin keluar. Ia melihat penis Jaziel yang semakin tegang akibat dorongan penisnya di dalam lubang Jaziel.

“Ah!”

Nafas Jaziel tersengal-segal. Tubuhnya lemas akibat ejakulasi ketiganya. Namun, Jaziel menyadari kalau Nathan belum juga keluar.

“Na, kamu belum keluar...”

“Bantu aku keluar waktu tubuh kamu di atas aku, Zi.”

Kini Jaziel berada dipangkuan Nathan. Kakinya sedikit mengangkang. Ia berusaha memasukkan penis Nathan ke dalam lubangnya lagi dengan gerakan perlahan.

“Ngh, ah!” kepala Jaziel mendongak saat penis Nathan masuk kembali.

“Gerakin pinggul kamu pelan-pelan.” kata Nathan sambil merengkuh pinggul Jaziel untuk bergerak perlahan.

“Ah, ah! Hah!”

Posisi ini membuat Jaziel merasa penis Nathan semakin masuk ke dalam lubangnya. Efeknya membuat Jaziel tidak ingin menghentikan gerak pinggulnya naik turun karena berkali-kali penis Nathan menyentuh prostatnya.

“Ngh! Enak banget, Nathan. Nathan, perut aku geli. Ah, kontol kamu...”

“Besar?”

“Uhm...” Jaziel mengulum bibirnya sambil mengangguk pelan.

Jaziel ini benar-benar menggemaskan bagi Nathan. Nathan benar-benar sudah tidak tahan lagi untuk bergerak cepat mengejar ejakulasinya.

“Nathan! Hah, kecepetan! Ah! Nathan!”

“Hah! Aku mau keluar.”

“Iya, ah! Makin be—besar! Ah!”

Jaziel meletakkan kepalanya dipundak Nathan. Ia merasa penuh di dalam lubangnya walaupun Jaziel tahu bahwa Nathan membuang semua spermanya di dalam kondom.

“Capek?” tanya Nathan sambil mengelus pelan punggung Jaziel dan mengelus belakang kepala Jaziel. “Makasih, Sayang buat malem ini. Kamu hebat banget.”

Nathan mengecup pundak Jaziel berkali-kali. Ia mengeluarkan penisnya dari lubang Jaziel sebelum membawa Jaziel untuk berbaring kasurnya.

“Aku buang kondomku dulu.”

Nathan pergi ke kamar mandi dan tak lama ia kembali dengan handuk basah di tangannya. Handuk itu ia gunakan untuk mengelap tubuh Jaziel yang lengket akibat aktivitas ranjang mereka barusan.

“Biar enak tidurnya.”

Jaziel hanya bisa mengangguk pelan. Ia lalu memeluk Nathan dan memberikan laki-laki itu kecupan pada pelipis.

“Makasih, Sayang.”

Nathan tersenyum. Usai membersihkan tubuh Jaziel. Ia memeluk tubuh Jaziel untuk pergi tidur bersama sang kekasih.


Nathan terbangun dengan keadaan dimana penisnya sangat tegang. Ia tidak pernah mengalami morning wood seburuk ini. Apa ini karena semalam ia baru saja berhubungan badan dengan Jaziel?

“Ah! Nyusahin.”

“Apa yang nyusahin, Sayang?” Jaziel mengucek matanya lalu mencium lengan Nathan sebagai sapaan selamat pagi untuk sang pacar.

Nathan masih diam. Ia tidak ingin mengaku bahwa penisnya sedang tegang. Namun, tonjolan dibalik selimut itu membuat Jaziel tertawa.

“Hm? Kenapa?” tanya Jaziel sambil menyentuh tonjolan yang timbul diselimut.

“Ah! Jaziel...”

“Ya? Kamu mau masukin aku lagi biar morning wood kamu reda?”

“Enggak apa-apa? Lubang kamu enggak sakit?”

Jaziel menggeleng pelan. Ia membuka selimutnya lalu membelakangi Nathan sambil membuka belahan pantatnya.

“Kedutan liat kontol tegang kamu. Lubang aku mau dimasukin kamu lagi...”

“Sialan, Jaziel!”

Content Warning : Graphic Description of Sex, Explicit Scene (nipple playing, handjob, fingering), Dirty Talk, Unprotected Sex, Creampie (ejakulasi di dalam)


“Mau mandi bareng, nggak?” tanya Jerash yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Huh?” Marko menyengit bingung karena tidak biasanya Jerash menawarkan mandi bersama. Ia tahu kalau Jerash paling tidak suka ritual mandinya diganggu.

“Aku mau mandi bareng kamu, Ko.” kata Jerash lalu menarik tangan Marko untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Ternyata kamar mandi itu sudah dihias sedemikian rupa oleh Jerash. Lampunya diredupkan, diganti dengan lilin yang entah kapan dibeli Jerash. Lilin beraroma wangi yang membuat seisi kamar mandi wangi aroma bunga melati yang menenangkan.

“Pantes lama di kamar mandi.” gumam Marko membuat Jerash terkekeh.

“Ini namanya mandi romantis, Sayang.” Jerash perlahan membuka kaos yang dipakai Marko. Setelahnya, ia melepaskan kaosnya.

Jerash melepaskan celananya di hadapan Marko lalu berjalan menuju bathtub untuk merendam tubuhnya pada air hangat yang bercampur dengan sabun. Marko pun juga melakukan hal yang sama. Ia menanggalkan pakaian terakhirnya lalu bergabung dengan Jerash di bathtub.

Ini kali pertamanya bagi mereka untuk mandi bersama apalagi kali ini momen mandi bersama mereka dilingkupi dengan suasana romantis yang Jerash buat. Dalam redupnya cahaya Marko dapat melihat paras wajah Jerash yang sangat manis. Rambutnya sedikit basah karena terkena air. Kedua tangan Jerash diletakkan pada pinggir bathtub. Laki-laki itu sangat menikmati mandi malamnya.

“Cantik banget sih.” ucap Marko membuat Jerash tersenyum kecil.

Marko mencondongkan tubuhnya. Ia mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir tipis Jerash. Laki-laki itu sudah tidak tahan untuk memanfaatkan suasana romantis ini menjadi adegan panas diantara mereka berdua. Bibir Marko melumat pelan bibir bawah Jerash yang tidak disangka langsung disambut baik oleh Jerash. Kedua tangan Jerash kini menekan tengkuk Marko untum memperdalam diciuman mereka.

“Hngh...”

Satu tangan Jerash dengan nakal menyentuh penis Marko disela-sela ciuman mereka. Saat Marko agak lengah tubuhnya didorong perlahan hingga Jerash kini berada dipangkuannya. Jerash memimpin ciuman mereka sambil terus mengocok penis keduanya dibawahnya.

“Ah!” kepala Jerash mendongak untuk memberikan akses bibir Marko untuk mejelajahi leher jenjang Jerash. Leher Jerash dihisap, digigit dan dikecup.

“Jangan berhenti.” bisik Marko yang kini tangannya ikut mengocok penis mereka.

“Hmm, ah! Hah...”

Nafas Jerash memberat. Ia terengah saat ejakulasinya. Tubuhnya yang melemas segera digendong oleh Marko untuk keluar dari bathtub. Marko sengaja menempatkan penisnya disela pantat Jerash sehingga menimbulkan gesekan yang membuat Jerash meremas punggung Marko.

“Kalo urusan ranjang. Aku yang bakal mimpin kamu, Jer.”

Marko meletakkan tubuh Jerash diatas kasur. Ia mengecup paha dalam Jerash lalu menyusuri perut hingga ke bagian dada. Mulut Marko dengan lihai memainkan lidahnya untuk menggoda puting Jerash yang mencuat tegang. Gigi Marko bermain dengan puting Jerash yang membuat laki-laki dibawah kuasanya itu mengerang nikmat sambil meremat rambut Marko.

Penis mereka saling bergesekan karena tubuh mereka sudah sama-sama telanjang. Disela ciuman intim mereka. Tangan Marko bergerilya memainkan dua puting Jerash. Kedua paha Jerash dilebarkan. Kini Marko beralih pada lubang Jerash yang berkedut. Dua jari Marko memainkan area sensitif itu sebelum akhirnya memasukkan jemarinya kedalam untuk membuat Jerash tambah teransang.

“Ah!” Jerash meremat bantal yang ia gunakan. Ia merasakan jemari Marko mengenai titik prostatnya yang membuat penisnya menegang. Penis itu disentuh lagi. Kini lubang kencingnya ditutup sambil digesek perlahan. Tubuh Jerash menegang. Rasanya seperti ada sengatan listrik pada tubuhnya.

“Sayang, aku masuk ya.” izin Marko sambil memegang kedua paha Jerash. Ia menempatkan penisnya tepat didepan lubang Jerash. Digesek sebentar pada lubang berkedut itu untuk bermain-main dan menggoda Jerash.

“Hngh, masukin. Sayang, masukin...” Jerash meremat lengan Marko.

Menurut permintaan Jerash. Marko memasukkan penisnya ke lubang Jerash. Mereka mendesah bersamaan saat penyatuan dalam satu hentakan itu menimbulkan rasa rematan yang nikmat. Lubang sempit Jerash menbuat Marko pusing. Penisnya seakan dipijat didalam sana. Ia menggerakan pinggulnya pelan untuk memastikan bahwa Jerash sudah merasa nyaman.

Jemari mereka saling bertaut saat Marko mulai menghentak cepat pinggulnya. Penis Marko menyundul prostat Jerash yang membuat laki-laki itu kewalahan. Belum lagi jika Marko menekan penisnya sambil ujung lalu menarik kembali dan mendorong lagi sampai dalam.

“Ko, ah! M—Mentokin lagi! Hngh! Ahn! Enggak kuat, pusing. Mentok banget.”

“Enak ya dimentokin gini? Kontol aku kerasa penuh yang di perut kamu? Sayang mau hamil, kan? Mau cepet punya baby, kan?” Marko mulai memancing dengan godaan kotornya sambil terus bergerak.

Jerash mengangguk. Ia mengigit bibir bawahnya. Perutnya benar-benar terasa penuh sekarang. Marko melihat itu, ia menuntun Jerash meraba pelan perutnya.

“Kontol aku lagi gerak. Lagi ngenakin kamu. Aku gerak cepet, ya?”

“Hum, ah! Lagi...”

Jerash mengocok penisnya sendiri disaat Marko sedang menciumnya dan memberi tanda pada leher juga dada.

“Marko! Ah!” nafas Jerash terengah saat ia ejakulasi. Spermanya muncrat ke dadanya padahal Marko masih bergerak mengerjai lubangnya.

“Aku belum keluar, Sayang.”

Marko menarik sedikit penisnya hingga tersisa kepala penisnya didalam lubang Jerash. Tubuh lemas itu dibawa untuk menungging. Marko merendahkan tubuhnya sambil bergerak pelan. Ia mencium, menghisap dan memberi tanda pada bokong Jerash serta memberikan remaskan pada dua bokong sekal itu.

“Ah! Marko! Hngh!” Jerash kembali mendesah saat Marko kembali bergerak mengerjai lubangnya dari belakang. Kepala Jerash mendongak menahan rasa nikmat yang ia rasakan pada lubangnya.

Kedua tangan Jerash dibawa ke belakang. Dikunci pergerakannya oleh Marko yang membuat Jerash makin menungging dan Marko secara cepat menggerakan pinggulnya.

“Ah! Sempit banget, Jer. Argh! Ngewein kamu dari belakang gini bikin kontol aku lebih gampang masuk.”

“J—Jangan ditahan, Ko. Sakit tanganku! Ah!”

Marko melepaskan tangan Jerash. Ia menarik pundak Jerash lalu mengarahkan kepala Jerash untuk menatapnya. Marko mencium Jerash lagi. Lidahnya menjilat bibir Jerash dan mengajak lidah Jerash untuk saling memberikan lumatan.

“Humph!”

Tangan Marko mengocok penis Jerash dengan gerakan cepat. Jempolnya berada di lubang kencing itu berusaha memberikan stimulus untuk merangsang Jerash kencing.

“Ja—Jangan, ah!”

Marko terkekeh kecil. Tidak mendengar permintaan Jerash untuk berhenti menjahilinya.

“Ah! Ah! Ahn! Ko...”

Lagi-lagi Marko mementokkan penisnya. Ia juga mulai merasakan jika penisnya ingin ejakulasi. Jempol Marko tidak berhenti menggesek lubang kencing Jerash sambil mengocok penis itu.

“Bareng.” ucap Marko sambil mencium pundak Jerash.

Badan Jerash bergetar. Ia lemas usai ejakulasinya yang ketiga. Kepalanya ditenggelamkan ke bantal. Ia mengelus perutnya sendiri karena merasakan kembung akibat ejakukasi Marko di dalam lubangnya. Sang suami masih bergerak pelan untuk mengeluarkan sisa spermanya. Hingga akhirnya, dia tidur disamping Jerash.

“Makasih, Sayang. Ini honeymoon night yang paling enak dan paling panas.” ucap Marko sambil mengecup pundak Jerash berkali-kali hingga si laki-laki manis itu tersenyum geli.

Jerash menuntun tangan Marko untuk mengelus perutnya. “Nanti disini ada bayi. Bayinya kamu.”

Marko terkekeh lalu mencium pipi Jerash karena gemas. Tubuh telanjang Jerash dipeluk erat oleh Marko. Rambut Jerash yang lepek karena keringat itu dirapikan oleh Marko. Marko tidak berhenti menciumi tubuh suaminya. Ah, malam ini benar-benar luar biasa. Mungkin besok pagi mereka akan menghabiskan waktu mereka di hotel saja.

CONTENT WARNING Graphic Description of Sex, Explicit Scene (Nipple Playing, Hand job, Blow Job), Dirty Talk, Local Porn Word, Unprotected Sex


Marko kembali ke kamarnya setelah ia selesai menggosok giginya dan menyudahi konsultasi dengan teman-temannya di group chat. Pemuda itu membaringkan tubuhnya disamping Jerash yang sedang menonton serial netflix di TV kamar sambil mengelus perutnya.

“Sakit perutnya?” tanya Marko sambil mengelus rambut Jerash dengan lembut.

“Enggak tapi tadi sedikit kram pas resepsi. Kayaknya gara-gara kebanyakan berdiri. Untung tadi enggak dibarengi mual juga. Tumben banget.” kata Jerash sambil tersenyum kecil.

“Berarti dedek tau ya kalo Daddy sama Papa lagi acara besar jadi enggak mau repotinya Papanya.” kata Marko lalu mencium puncak kepala Jerash. Tangan kirinya ikutan mengelus perut Jerash.

“Tangan kamu anget, Ko. Aku suka.” kata Jerash yang sudah berhenti mengelus perutnya. Ia membiarkan Marko mengelus perutnya didalam piayama yang Jerash pakai.

Namun, tangan itu malah semakin turun dan sekarang malah mengelus penis Jerash pelan. Mengusapnya dengan lembut hingga sang suami manisnya mendesah kecil.

“Kamu capek enggak?” bisik Marko tepat ditelinga Jerash.

“Eng—Ah! Enggak…”

“Jadi, boleh enggak Daddy ketemu sama Dedek disini. Sekalian manjain Papanya.” ujar Marko sebelum akhirnya ia menjilat sensual telinga Jerash.

“Iya, Daddy. Boleh.” Jerash menahan tangan Marko yang masih mengocok penisnya. “Aku enggak mau keluar pas dikocokin Daddy. Maunya keluar pas dimasukin sama Daddy.”

As you wish. Aku bakal bikin malam pertama kita jadi yang terbaik. Aku bikin kamu nangis keenakan.” kata Marko sebelum akhirnya mencium Jerash dengan ciuman basah yang melibatkan lidah.

Marko harus hati-hati karena Jerash saat ini sedang berbadan dua. Ia tidak mau menyakiti Jerash juga buah hatinya yang belum lahir itu. Marko benar-benar memanjakan Jerash dengan kenyamanan. Tidak butuh waktu lama untuk keduanya saling membuka satu persatu pakaian mereka. Kini, mulut Marko sedang menjelajahi dua puting tegang Jerash.

“Lebih enak lagi kalo nanti kalo puting kamu ngeluarin susu.” Marko mengecup ujung puting Jerash.

Kecupan itu tidak berhenti pada kedua puting Jerash tapi semakin kebawah menuju perut Jerash yang masih rata.

“Halo, Dedek. Ini Daddy. Daddy mau ketemu dedek boleh, ya?”

“Boleh Daddy. Enakin Papa juga ya, Daddy sampe luber pejunya Daddy atau belepotan pejunya Daddy.” ucap Jerash dengan suara mirip anak kecil.

Marko terkekeh lalu mencium perut Jerash dengan buru-buru yang menimbulkan efek geli. Ucapan Jerash benar-benar ingin membuat Marko memasuki suaminya ini dengan segera.

“Ah!”

Mata Jerash memejam. Pinggulnya naik ketika Marko memasukkan penisnya kedalam mulut. Marko menjilat ujung penis Jerash yang membuat mata Jerash bergulir keatas dan melengkungkan punggungnya. Jemari Jerash semakin meremat bantal dan pahanya tidak tahan untuk menjepit kepala Marko dibawah sana. Paha Jerash ditahan kuat oleh Marko. Dibiarkan mengangkang lebar.

“Marko, ah! Enak banget—Ah!”

Marko menyisakan batang penis Jerash untuk ia kocok. Lubang kencing Jerash ia terus jilat sampai Marko rasa Jerash sedikit mengeluarkan percum diujung penisnya.

“Eung! Ah! Mau cum, Daddy! Gak—Ah! Gak tahan. Aku mau cum…”

Marko mengocok penis Jerash dengan gerakan cepat dan akhirnya Jerash mengalami ejakulasi pertamanya. Spermanya luber mengotori sperei kasur mereka. Nafas Jerash terengah. Keringat akibat perbuatan panas itu membuat rambut Jerash lepek tapi ini yang Marko suka. Tatapan sayu yang menggoda itu.

“Kontol Daddy masuk ya, Sayang. Udah pengen ketemu Dedek didalem. Mau ngenakin Papa juga.”

Gerakan pinggul Marko terkesan pelan dan teratur tapi tetap mengenai prostat Jerash hingga Jerash mendesah pasrah dibawah kuasanya.

“Ngh! Ah! Mau keluar…” Jerash berusaha menggapai penisnya yang tegang untuk ia kocok.

“Ko—Ah! Mau cum, Daddy…”

“Sabar—Ah!” Marko bergerak menyentuh penis Jerash sambil masih terus menggerakan pinggulnya. Ia menggaruk lubang kencing Jerash sampai Jerash berteriak ribut.

“Ah!”

Tubuh Jerash sedikit tersentak. Perutnya terasa hangat ketika ia merasa sperma milik Marko mengalir kedalam dirinya. Marko masih menggerakkan pinggulnya pelan untuk memeras keluar spermanya.

“Ah, enak banget. Dijepit sama lubang kamu, By.”

“Penuh banget, Daddy. Luber sama peju kamu nih. Kasian dedek dikasih asupan peju padahal masih kecil.”

“Duh, mulutnya kotor banget. Ini kalo enggak lagi hamil udah langsung aku genjot buat ronde kedua.” kata Marko sambil mengeluarkan penisnya dari lubang Jerash.

“Ronde keduanya aku sepongin aja gimana, Daddy? Aku masukin kontolnya nyampe dalem ke tenggorokan. Aku buat Daddy keenakan. Mau, Daddy?”

Marko mencubit hidung Jerash. “Sepongin sampe Daddy semprot mukanya sama peju ya.”

“Iya, Daddy.”

content warning: nsfw, graphic description of sex, explicit sex (fingering, nipple playing), local porn word, local profanities, degrading, mentioning mpreg, unprotected sex


marko dan jerash sedang sering bertengkar. entah karena rasa yang mulai hilang diantara mereka atau beban pikiran yang menganggu mereka berdua. mereka tidak lagi sering mengucapkan, aku sayang kamu sebagai bahasa cinta tapi lebih sering memaki satu sama lain. ada banyak hal yang menjadi bahan perdebatan mereka yang sebenarnya adalah masalah sepele.

namun, untuk malam ini. jerash meluruhkan semua egonya untuk datang ke apartemen marko yang katanta adalah tempat bercinta paling aman untuk mereka berdua. jerash tidak bisa berbohong pada tubuhnya yang rindu disentuh dan dilecehkan oleh marko.

“ngapain kamu kesini?” nada bicara marko terdengar dingin ditelinga jerash.

“pengen baikan sama kamu.”

marko menaikkan salah satu alisnya. matanya menelusuri ujung kepala hingga kaki jerash. berbaikan itu punya dua arti bagi marko. pertama, jerash memang mengakui kesalahannya. kedua, jerash ingin bercinta dengan marko.

“kondomku lagi habis. aku malas beli.” kata marko. ia memilih pilihan kedua ketika melihat pakaian yang melekat pada tubuh sang kekasih. pakaian yang gampang dilepas; kebiasaan jerash.

“aku enggak masalah kalo kamu enggak pakai kondom. aku rela diisi sampai luber sama kamu atau mau bikin aku hamil juga enggak masalah.”

disentilnya bibir tipis itu sebelum dikecup sebagai permulaan dari acara bercinta mereka. bibir yang mahir mengeluarkan ucapan kotor itu membuat marko tersenyum miring.

“mulut kamu kalo udah pengen dientot ngomong kayak pelacur.” marko menarik tangan jerash untuk masuk kedalam apartemennya.

tubuh jerash didorong marko ke kasur. ia kukung tubuh ramping itu. tangannya menyusuri pinggang ramping jerash dan masuk kedalam kemeja kebesaran yang dipakai jerash.

“nanti kalo kamu hamil. tetek kamu bakal ada asinya. bakal tambah gede daripada ini. kalo aku puter kayak gini...”

“uh! ahn!”

“bakal ngucur asinya.” lanjut marko dengan tangan nakal yang masih bermain pada kedua puting jerash.

kancing baju jerash dibuka dengan gerakan tergesa. kali ini mulut marko yang bergelirya pada kedua tetek rata jerash. lidahnya bermain pada puting yang tegang itu hingga jerash menjerit tertahan akibat lidah nakal marko.

“nanti kalo kamu hamil. pinggangmu enggak akan seramping ini karena ada bayinya. yakin mau dihamili? yakin mau diisi sama pejuku?” tanya marko dengan nada tegas yang membuat jerash mengangguk kecil.

“anjing, jangan berani lagi sama aku kalo kamu masih butuh untuk aku entot dan sentuh, jerash!”

dan, setelah itu, celana yang dipakai jerash hilang entah kemana. kemeja yang ia pakai juga sudah dilempar entah kemana oleh marko. kini tubuhnya sudah telanjang dengan penis yang sedikit menegang.

perlakuan marko yang sedikit kasar itu membuat jerash semakin terpacu juga. semakin ingin dilecehkan dihancurkan oleh marko yang kini sedang menciumnya dengan kasar hingga ia kehabisan nafas. tangannya menarik sehelai dua helai rambut marko. memaksa laki-laki itu berpindah ke lehernya agar ia bisa bernafas walaupun rasa tercekat karena hisapan tiba-tiba marko pada lehernya.

menjerit adalah respon yang bisa jerash berikan ketika jari marko mulai melebarkan lubangnya dengan jari panjangnya. kedua kakinya mengangkang dengan sukarela untuk membuka jalan masuk dua jari marko yang mengobrak-abrik lubangnya.

“ah!” tangan jerash meremat kuat bantal yang ia pakai untuk menaruh kepalanya ketika dua jari marko mengenai titik nikmatnya.

“l—lagi...” dengan suara terbata dan serak ia meminta lagi untuk disundul titiknya.

sedangkan, sambil menggerakan jarinya. marko memainkan penis jerash dengan tangannya yang lain. ibu jarinya bermain diujung. kepala penis jerash. memberikan rasangan pada submisif yang sedang menjadi lacurnya untuk ejakulasi.

“ngh, ah! hah...”

nafas jerash terengah. tubuhnya mengejan ketika ia akhirnya berhasil ejakulasi untuk pertama kalinya. spermanya mengotori tangan marko. laki-laki itu langsung melepas seluruh pakaiannya. ia berlutut dihadapan jerash yang masih terengah sambil mengocok penis sebentar.

“jangan-jangan niat kamu ke apartemenku bukan buat baikan tapi minta dihamilin ya, jer?” tanya marko sambil membuka lebar paha sang kekasih.

“tahan kaki kamu tetep ngangkang. aku mau masuk. mau hamilin kamu biar kita jadi nikah. berani-beraninya kamu bilang batal nikah.”

penis yang menengang itu akhirnya masuk kedalam lubang jeras dalam satu hentakan. marko menggeram rendah karena lubang yang ia masuki sangat sempit sedangkan jerash lagi-lagi menjerit dengan punggung yang melengkung. kedua tangannya menahan kedua pahanya agar kakinya tetap mengangkang untuk marko.

marko tidak menunggu jerash siap. ia segera menggerakkan penisnya maju mundur dengan tempo yang cepat dan kasar. sesekali mementokkan penisnya untuk menyentuh prostat jerash.

yang dilecehkan hanya bisa mendesah dan terisak. air matanya sudah mengalir membasahi pipi mulusnya tapi tidak ingin meminta untuk berhenti karena rasanya yang nikmat. kalau sudah begini, tanpa disentuh pun jerash bisa keluar.

“ka—kasar, ah!”

“tapi, kamu suka, kan? suka kalo dikasarin begini? dimentokin sampe kamu jerit-jerit pengen lagi. jangan munafik jerash. wajah lacur kamu tuh enggak bisa bohong!”

“ngh, ah! ah! lagi...”

marko mendorong lagi penisnya. ia kembali menggeram ketika penisnya diremas oleh rektum lubang jerash. rasanya nikmat sekali. ia menarik mundur penisnya. disisakan kepala penisnya diujung lalu didorong lagi dengan kasar.

“mau...”

“sebentar.”

“marko.”

“ssst, diem. pejuku udah mau luber dilubang kamu. udah mau aku isi lubang kamu. aku tanem benih aku biar nanti kita jadi nikah.”

“ah!”

keduanya terengah ketika sampai pada pelepasan mereka. perut jerash terasa hangat, lubangnya terasa penuh. ada sedikit yang luber dari lubangnya karena tidak tertampung seluruhnya didalam lubangnya.

“ah, enak banget. kamu tuh enggak pernah ngecewain, jerash. apalagi kalo lagi nurut gini.”

“u—udah...” jerash meremat kedua lengan marko karena marko menggerakkan penisnya lagi di dalam dirinya.

dan, begitulah cara mereka berbaikan. seluruh emosi mereka seketika hilang karena aksi bercinta mereka yang meluapkan semua rasa marah. memang, harus ada yang mengalah. harus ada yang benar-benar butuh untuk disentuh agar mereka bisa kembali menjadi sepasang kekasih lagi.

bibir mereka kembali bersatu. kini hanya lumatan lembut yang lama menjadi penutup aksi cinta mereka di ranjang.

“perutku hangat. isinya peju kamu.”

“nanti juga isinya anak kita.”

lalu mereka berdua tertawa. tidur dalam keadaan telanjang dibalik selimut sambil berpelukan.

CONTENT WARNING Boypussy , Graphic Description of Sex , Explicit Sex (Nipple playing , Fingering , Oral Sex , Blow Job) , Squirting , Unprotected Sex , Creampie (Ejakulasi di dalam) , Local Porn Word , Dirty Talk


Tidak butuh waktu lama untuk Mark sampai di rumah Jeno. Ia tahu bahwa kekasihnya itu sengaja tidak mengunci pintu rumah agar Mark bisa masuk. Sebelum Mark pergi ke kamar sang kekasih. Ia mengunci pintu rumah Jeno dan menaruh kunci itu di gantungan kunci yang terpaku di tembok. Mark langsung pergi ke kamar Jeno. Membuka kamar itu dan melihat sang kekasih yang sudah tidak mengenakan apapun pada bagian bawahnya.

“Emang udah disiapin, ya? Sini aku makan memek kamu. Kebetulan aku belom makan siang.” kata Mark sambil berjalan mendekat kearah Jeno.

Sedangkan laki-laki manis itu hanya tersenyum. Ia merebahkan badannya di kasur dan membuka lebar pahanya. Jeno menahan kedua kakinya agar Mark dapat segera menjamahnya.

“Becek banget. Enggak pernah kering ya memek kamu?”

Dua jari Mark sudah mengelus permukaan vagina Jeno. Ia mengelus labia vagina Jeno hingga sang kekasih mendesah.

“Dielus malah tambah becek begini, anjing! Yang bener aja, Jen!” Mark menyentuh klitoris Jeno dengan ibu jarinya.

“Ah! Jangan dimainin terus! E—enak! Jilat, Mark. Jilat memek aku. Mau dijilat sampe becek banget. Itilnya dimainin sampe memek aku banjir.”

Mark terkekeh. Ia membuka jaket serta celana jeans yang ia pakai sebelum mengerjai vagina sang kekasih. Mark memposisikan kepalanya pada sela-sela paha Jeno yang terbuka lebar dengan vagina yang sudah cukup basah. Lidahnya mulai menyusuri permukaan vagina sang kekasih.

“Ah, Mark! E—enak banget. Dalemin terus jilatnya! Ugh, becek. Memek aku becek dijilat kamu—Ah!”

Jeno tidak bisa mempertahankan posisinya akibat lidah Mark yang makin gencar mengerjai vaginanya. Kedua kaki Jeno bergerak gusar. Tangannya tidak lagi menahan bobot kakinya.

“Hum...”

“Ah, Mark. T—Tunggu! Akh!”

Mark menahan kedua kaki Jeno agar terus mengangkang lebar. Sesekali ia remas paha Jeno untuk menggoda laki-laki itu.

“J—Jangan dimainin itil aku, Mark! Mark!”

Jeno menangis. Rasanya benar-benar nikmat ketika lidah sang kekasih bermain dibawah sana. Menjilat seluruh permukaan vitalnya tanpa terkecuali. Tangannya bergerak meremas rambut Mark sebagai pelampiasannya.

“Ngh! Ah! Mark, mau keluar! U—udah! Udah! Ah!”

Kaki Jeno sudah menendang-nendang pundak Mark. Laki-laki itu masih belum mau menarik lidahnya dibawah sana.

“Ah! Akh! M—Mark! Hah...”

Mark menjauhkan tubuhnya ketika Jeno mengalami orgasme pertamanya. Cairan kental itu keluar bersamaan dengan squirt. Sangat banyak hingga membasahi sprei yang baru Jeno ganti kemarin malam.

“Banjir banget, Sayang memek kamu. Enak banget ya aku jilmekin sampe merem-merem dan susah nafas gitu, hm?”

“Masih sensitif! Aku baru keluar, Mark. Please, bentar!” Jeno menahan tangan Mark yang hendak memainkan vaginanya lagi.

“Mau kontol aku masuk kesini enggak, Yang?”

Jeno mengangguk lemah. Kakinya kembali mengangkang membuat Mark tertawa remeh.

“Dasar lonte! Enggak cukup ya cuma dijilmekin doang? Iya? Maunya diisi kontol dulu baru puas? Iya?”

“Iya...” cicit Jeno. Jeno jelas tidak bisa bohong. Ia selalu ingat bagaimana penis pacarnya masuk memenuhi vaginanya.

“Mikirin apaan, kamu? Becek lagi nih memek!” ucap Mark yang sekarang jari tengah dan manisnya masuk kedalam vagina Jeno.

“Ah!”

“Mikirin apa? Jawab atau aku bikin kebas memek kamu.”

“Mikirin kontol kamu masuk ke memek aku. Mau dimasukin kontol, Mark. Please...”

“Kalo cuma pake jari enggak puas, ya? Tapi, ini kok makin becek, hm?”

“Eugh! Ah!”

Jeno memejamkan matanya sambil membuka mulutnya ketika ia merasa ibu jari Mark memainkan klitorisnya kembali. Vaginanya kembali basah setelah Mark menjilatnya.

“Ah! Kok dikeluarin?”

“Sini, emut kontol aku dulu.”

Mark membuka celana dalamnya. Ia menyuguhkan penisnya yang menegang itu pada Jeno yang sudah merangkak ingin menghisap penisnya. Jeno menjilat pangkal hingga ujung penis Mark. Ia basahin dulu sebelum akhirnya memasukkan seluruh penis Mark kedalam mulutnya.

“Anjing! Emang pacar aku kayak lonte, ya? Isep kontol aku jago banget. Haus banget ya, Nte?”

Mark menjambak rambut Jeno. Mendorong penis itu lebih masuk kedalam tenggorokan Jeno hingga sang kekasih tersedak ingin muntah.

“Tolol! Masih aja tolol kalo disuruh blow job. Padahal udah sering! Isep lagi, anjing!”

Air mata Jeno tidak bisa ia bendung lagi. Keluar bersaman dengan cepatnya Jeno menghisap penis sang kekasih. Tak lama, penis itu ditarik keluar. Tidak dibiarkan keluar dulu.

“Lebih enak keluar di memek kamu, Jen. Baring cepet. Ngangkang yang lebar!”

Jeno langsung menuruti kemauan sang kekasih.

“Enggak bakal aku kasih ampun kamu, Jen. Beraninya ngirim VN kamu lagi colmek! Liat nih, memek kamu bakal aku rusak!”

“I—Iya, ah! Rusakin aja. Lowerin aja memek aku, Mark.”

Mark memegang kedua paha Jeno. Ia menggesekkan penisnya terlebih dulu pada luar vagina Jeno sebelum akhirnya memasukkan penis itu dalam sekali hentakan.

“Akh!” Jeno menjerit kencang ketika penis Mark berhasil memenuhi vaginanya. “P—Penuh! Hngh, mentok! Mentok banget kontol kamu.”

Mark menggerakan pinggulnya dengan gerakan pelan. Merasakan bagaimana penisnya bergesekan dengan dinding vagina Jeno. Ia menggeram rendah ketika penisnya dijepit.

“Hah! Ah! Nakal banget, anjing! Memek kamu jepit kontol aku.”

“M—Mark, mau dimentokin. Mau dibuat enak nyampe teler. Nyampe kayak orang bego. Nyampe enggak bisa ngomong. Hah! Ah! Mau dibuat pipis sama kontol kamu...”

Mark suka bagaimana Jeno memohon dibawahnya sambil menangis frustasi karena sentuhannya. Mark suka bagaimana Jeno terlihat seperti jalang yang sedang ia sewa. Mark suka melihat Jeno berantakan.

“Beneran mau dirusak, ya? Kamu udah rusak, Jen. Ngapain mau dirusak lagi, hm?”

Mark mengukung Jeno sambil masih bergerak maju mundur. Ia membuka kaos Jeno untuk menghisap puting Jeno. Ia lupa untuk memanjakan puting merah muda ini.

“Ah! M—Mark! Enggak kuat! E—enak banget. Ugh! M—Mentok! Isep terus...”

Jeno mengusak kepala Mark yang sedang sibuk menghisap putingnya lalu bibir Mark naik keatas untuk mencium bibir tipis Jeno setelah puas mengerjai puting sang kekasih. Ciuman mereka semakin intim dan basah bersamaan dengan gerakan Mark yang semakin cepat.

“Ah! Mark! Mau pipis—Hngh!”

“Pipis aja. Pipisin kontol aku, Jen. Aku masih mau gerak. Masih mau aku ancurin memek kamu!”

“Ahn! Ah! M—Mark!”

Nafas Jeno memburu. Ia meringis sambil memejamkan matanya ketika orgasmenya masih dibarengi dengan gerakan cepat Mark dibawah sana.

“Enak, Jen?”

“Akh! Bentar, Mark, Ah!”

“Becek banget. Licin banget memek kamu, Jen. Jepit, Jen! Jepit kontol aku! Aku mau keluar!”

Mereka sama-sama mendesah kencang ketika Mark mengalami ejakulasinya didalam Jeno. Spermanya memenuhi vagina hingga meluber keluar saking banyaknya. Nafas mereka terengah-engah. Sesi bercinta mereka selalu seperti ini. Dipenuhi dengan ucapan-ucapan kasar yang membuat mereka semakin bernafsu.

“Capek, ya?”

“Hum, tapi enak. Memek aku penuh sama peju kamu.” ucap Jeno membuat Mark tertawa kecil.

Mark mencium bibir Jeno. Ia menarik keluar penisnya disela-sela ciuman mereka. Iseng, Mark malah menggesek penisnya pada klitoris Jeno hingga tubuh Jeno menengang.

Petting, babe. Aku mau liat kamu cum lagi. Mau bikin memek kamu selalu banjir, lembap.”

“Ah! Ah! Ngh, Mark! Pelan, ah!”

CONTENT WARNING Boypussy , Explicit Sex , Dry Humping , Squirting , Local Porn Words , Dirty Talk


“Mark...”

Suara lirih dari seberang telepon itu membuat Mark heran. Terdengar isakan kecil juga.

Kenapa?

“Basah. Mau dimainin pake jari sama kamu. Mau dijilatin juga memeknya sama kamu.”

Udah malem. Aku males keluar.

Please....”

Gesekin aja memek kamu ke guling. Biasanya juga colmek sendiri, kan? Kalo enggak ada aku juga kamu sering main sendiri. Kenapa sekarang butuh aku?

“Soalnya, aku lagi mau dimanjain sama kamu. Kamu mau liat enggak memek aku udah basah banget. Udah gatel mau digaruk sama jari kamu.”

Gesek ke guling aja. Aku bikin kamu keluar. Lepas celana kamu. Ambil guling kamu. Naikin. Ngangkang yang lebar.

“Umh, udah....”

Gesekin pelan. Bayangin, kamu lagi humping dipaha aku. Memek kamu ngegesek kontol tegang aku.

“Nghh, ah! Khh, ah! E—enak banget, Mark...”

Jeno menaruh ponselnya disamping tubuhnya yang sedang menunggangi guling yang ia gunakan untuk memuaskan harsatnya. Sambungan telepon itu ia loud speaker agar Jeno bisa dengan jelas mendengar Mark.

Jelas enak lah. Memek kamu kan emang murahan. Disentuh dikit basah, dielus dikit basah. Apalagi kalo dijilat terus klitoris kamu aku aku emut. Aku sedot dalem-dalem. Bisa ngucur-ngucur tuh pipis kamu!

“Ah, ah! Hah! Eung!”

Mendengar itu, Jeno semakin cepat menggesekkan vaginanya pada permukaan guling. Nafasnya kian memburu. Rasa nikmat akibat gesekan antara guling dan vagina membuat Jeno menangis.

Gitu aja nangis, Jen. Padahal kamu cuma gesekin memek kamu ke guling doang. Seenak itu, ya, Jen? Nangisnya kayak waktu aku masukin kontol ke memek kamu.

“M—mau...Mau digesek ke kontol—Ah! Terus dimasukin memeknya sampe pipis—Mark—Ah!”

Diseberang sana, Mark tersenyum kecil. Sama seperti Jeno. Hasrat seksualnya juga sudah tidak bisa ia bendung. Desahan yang terdengar lirih ditelinga Mark membuat ia membuka celananya untuk mengocok penisnya.

Kontol aku berdiri, Jen.

“Huh?—Ah!”

Gara-gara kamu! Memeknya baperan. Dikit-dikit mau dikobelin, dikit-dikit mau dijilat! Dikit-dikit mau dimasukin kontol! Cepetin geseknya! Kerasin desahnya! Kucekin tuh klitoris kamu sambil gesekin memeknya!

“I—Iya—Ah! Enak banget! Makin becek. Makin pengen digesek. Banjir banget, Mark. Guling aku jadi basah.”

Biarin. Biar guling kamu bau memek kamu!

Jeno semakin cepat menggesekan vaginanya. Hingga akhirnya ia mengalami orgasme hingga squirting. Cairan orgasmenya merembes melewati sela-sela pahanya dan membasahi sebagian guling dan sprei kasurnya.

“Aku squirt, Mark... Pipis banyak banget. Nyampe basah kasurnya.”

Sampe squirt? Gila! Lonte banget ya kamu. Bener ya kata anak-anak. Aku beruntung banget bisa pacaran sama lonte kayak kamu.

“Mark...jangan dikatain terus. Aku makin becek. Nanti gatel lagi memeknya.”

Enggak apa-apa. Kontol aku belom puas cuma keluar sekali. Sayang banget enggak ada mulut kamu nih. Enggak bisa nampung peju aku.

“Jadi mau maam peju kamu.”

Sialan, lonte banget. Liat aja kamu, Jen. Abis kamu aku entot sampe pingsan.

“Kamu dengerin deh. Denger, ya.”

Jeno menaruh ponselnya tepat dibawah vaginanya. Jari manis dan tengahnya masuk kedalam vaginanya yang masih basah. Ia mainkan kedua jari itu hingga timbul suara becek basah.

Anjing, Lee Jeno! Lonte, lonte!

“Haha, ngocok lagi sana. Sambil aku mainin memek aku.”

CONTENT WARNING Graphic Description of Sex , Prostitution , Explicit Scene (blowjob, nipple playing & rimming) , Unprotected Sex , Local Profanities , Vulgar Words , Degrading , Family Issue


Mungkin semua teman-teman Jeno tidak akan percaya jika dirinya adalah seorang penari telanjang di sebuah klub malam khusus untuk para lelaki pecinta sesama jenis. Seorang mahasiswa berprestasi yang menjadi asisten dosen itu sekarang sedang menari di depan banyak laki-laki yang nafsunya membuncah. Tubuh ramping yang telanjang itu dipertontonkan secara terang-terangan. Saweran berupa uang Jeno dapatkan dari laki-laki brengsek yang mencuri sentuhan pada tubuhnya.

Jika ditanya sudah berapa lama Jeno melakukan pekerjaan kotor ini jawabannya adalah sejak ia duduk dibangku kuliah. Keluarganya membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membayar hutang. Ia dijual oleh orang tuanya ke murcikari lalu disuruh tinggal disebuah mess kecil bersama pelacur-pelacur lainnya. Sebenarnya, Jeno juga tidak ingin melakukan pekerjaan kotor ini tapi jika ia tidak melakukannya maka orang tuanya mungkin saja akan dibunuh oleh para rentenir itu.

“Wah, tidak aku sangka ternyata mahasiswaku adalah penari ulung.”

Seorang laki-laki yang duduk tidak jauh dari perkumpulan orang-orang yang menonton penari telanjang itu hanya tersenyum miring ketika sorot matanya menangkap salah satu penari telanjang yang ia kenal.

“Hey, apa aku bisa menyewa para penari telanjang itu untuk aku tiduri?” tanyanya pada batender.

“Bisa, Tuan. Anda hanya perlu menghubungi murcikari yang memiliki klub malam ini.”

“Bantu aku. Bilang pada murcikari itu jika aku ingin menyewa salah satu penari telanjang itu. Siapkan kamar yang terbaik untukku dan jalangku.”

Si batender itu langsung pergi dari hadapan laki-laki itu untuk memanggil sang murcikari itu. Tak lama, seoarang wanita paruh baya muncul dengan dandanan yang sangat menor dengan emas-emas yang melingkar dileher serta pergelangan tangannya.

“Penari mana yang mau Anda sewa malam ini, Tuan?” tanya sang murcikari.

Laki-laki itu menunjuk Jeno sebagai targetnya.

“Lee Jeno? Bayaran Lee Jeno sangat mahal. Dia adalah penari telanjang terbaik di klub ini.”

“Kamu pikir aku tidak bisa membayarmu dan jalangmu itu? Siapkan saja kamar bagus untukku dan Lee Jeno. Aku akan bayar sewa jalangmu itu!”

Sang murcikari mendadak menjadi takut oleh sentakan yang diberikan laki-laki itu. Ia langsung mengiyakan apa yang diperintahkan laki-laki itu padanya. Jadi, setelah giliran Jeno selesai. Laki-laki manis itu langsung ditarik oleh sang murcikari.

“Bersihkan tubuhmu dan pakailah baju yang bagus! Kamu akan disewa! Berikan dia servis yang bagus atau aku akan memberimu hukuman jika kamu tidak memberikan servis yang baik untuknya.”

“Aku?”

“Apa kamu mendadak tuli? Cepat, Lee Jeno! Aku tidak ingin membuat tamuku menunggumu!”

“B—Baik, bu.”

Jeno langsung bangkit. Ia mencari baju yang sekiranya pantas untuk ia pakai walaupun rata-rata semua pakaiannya adalah pakaian terbuka dengan bahan satin yang tembus padang. Ah, sepertinya kemeja satin putih ini akan bagus untuk ia pakai. Setelah, Jeno selesai bersih-bersih. Ia disuruh untuk pergi ke kamar VVIP yang diberitahu ibu murcikari. Jeno sedikit terkejut karena ia sebelumnya tidak pernah disewa pada kamar VVIP. Pasti orang yang menyewanya adalah orang yang sangat kaya.

Jeno membuka pintu kamar itu dengan perlahan. Menyembulkan kepalanya untuk melihat kedalam takut-takut. Suasana kamar itu remang-remang yang membuat Jeno tidak terlalu jelas melihat siluet laki-laki yang sedang duduk di sofa ruang kamar itu.

“Apa jalangku sudah datang?” laki-laki itu membalikkan tubuhnya sambil menyuguhkan senyum miringnya.

Tubuh Jeno membeku di tempat ketika sorot matanya melihat siapa laki-laki yang menyapanya. Kakinya melangkah mundur. Bibir bawahnya digigit dan raut wajahnya berubah menjadi takut.

“Wah, tidak aku sangka jika asistenku di kampus adalah seorang jalang yang kerjanya mempertontonkan tubuhnya pada laki-laki lapar. Tidak aku sangka mahasiswa pintar sepertimu ternyata penari telanjang di klub gay seperti ini. Lee Jeno. Namamu akan aku catat sebagai mahasiwa bermasalah dan beasiswamu akan dicabut. Bagaimana, jika pak rektor tahu salah satu mahasiswa yang mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi ternyata adalah seorang jalang, hm?”

“J—Jangan, aku mohon, pak Jaemin.” suara Jeno bergetar. Ia menahan isak tangisnya. Siapa yang menyangka jika tamu yang menyewanya adalah dosennya sendiri. Dosen yang mengangkat dirinya sebagai asisten dosen di kampus.

“Hm? Memohonlah ketika aku menjamah tubuhmu, Lee Jeno. Jika kamu memohon padaku untuk tidak memberitaku kelakuanmu ini. Aku tidak mau.”

“Pak Jaemin. Aku...”

Tubuh Jeno ditarik oleh Jaemin untuk berada dipangkuan laki-laki itu. Matanya menatap tajam Jeno dan tangannya meraba setiap lekuk tubuh Jeno mulai dari paha Jeno yang tidak ditutupi oleh apapun hingga pinggang ramping Jeno.

“Aku dijual. Aku dijual oleh orang tuaku, Pak. Aku...”

“Orang tuamu menjual dirimu? Ternyata, orang tuamu bisa melihat peluang besar, ya? Mereka pasti tidak menyesal menjualmu, kan? Bagaimana bisa jalangku ini tetap berkuliah dengan santai padahal ia adalah penari telanjang, hm?”

Jeno tidak tahan lagi. Kata-kata itu membuat Jeno terisak. Saat ini dirinya hanya takut jika Jaemin akan melaporkannya pada pihak kampus dan mencabut beasiswanya.

“Kamu takut, Sayang? Sshh, jangan menangis. Kamu hanya boleh menangis ketika aku memasukkan penisku kedalam lubangmu itu, Sayang.”

“A—aku akan melakukan apapun untukmu, Pak. Asalkan, jangan laporkan aku pada pihak kampus...”

“Kamu berani sekali memerintahku, Lee Jeno. Disini, kamu adalah jalangku. Posisimu terlalu rendah untuk memerintahku, Lee Jeno.” Jaemin mendekatkan tubuh Jeno yang masih dipangkuannya pada dirinya. “Aku ingin lihat tubuh telanjangmu.”

Jemari Jaemin membuka satu persatu kancing kemeja satin Jeno. Ia menatap Jeno yang tampak ketakutan.

“Takut?”

Jeno mengangguk kecil sambil menahan tangan Jaemin yang berhenti membuka kemejanya pada kancing ketiga. Tatapan mata Jeno seakan meminta Jaemin untuk berhenti menjamah tubuhnya lebih intim lagi.

“Bukankah kamu harus melakukan tugasmu sebagai seorang pelacur saat ini? Hanya karena aku adalah dosenmu jadi kamu takut padaku? Bukankah pekerjaan ini lebih mudah daripada mengajar adik-adik tingkatmu, Lee Jeno? Apa kamu tidak ingin mendapatkan bayaramu, Sayang? Atau kamu ingin aku adukan pada murcikarimu itu?”

Jeno belum sempat menjawab. Bibirnya langsung dicium oleh Jaemin. Bibir bawahnya dilumat lalu digigit kecil untuk memaksa Jeno membuka mulutnya. Lidahnya ikut bermain disana. Tangan besar Jaemin meremas bokong Jeno. Memaksa laki-laki itu menggunakan lidah hangatnya bermain pada ciuman panas itu.

Jeno terlena hingga tidak sadar ia menggesek bagian bawahnya pada bagian vital Jaemin. Tubuh Jeno menengang hingga sedikit bangun dengan tumpuan kedua lututnya. Ia sedikit mendorong tubuh Jaemin dengan kedua tangannya yang ia taruh pada kedua bahu Jaemin ketika ciuman mereka semakin intim.

“Eumh...”

Kepala Jeno mendongak. Ia memutus ciuman itu ketika merasakan tangan Jaemin terus meremas kedua bokong Jeno.

“Hey, kamu terlihat cantik dari bawah sini, Sayang. Bukankah ini permulaan yang bagus?” tanya Jaemin sambil tersenyum lalu menuntun Jeno untuk duduk dipangkuannya lagi.

“Ah...”

“Hm? Kamu merasakannya? Dia ingin segera dimanjakan oleh dirimu.” Jaemin kembali membuka kancing kemeja Jeno hingga habis pada urutan terakhir.

“Tubuh benar-benar bagus, Sayang. Berapa banyak laki-laki yang sudah menjamah tubuh ini?”

“B—Banyak, ah! Pak...” Jeno menahan kepala Jaemin yang sedang menghisap putingnya. Seketika putingnya menjadi tegang akibat sentuhan lidah Jaemin yang terasa hangat itu.

“Engh, ah! P—pelan, Pak. Putingku, sakit! Ah!”

Jaemin melepas hisapannya. “Putingmu tengang, Jen. Mereka menggodaku untuk dihisap. Jangan panggil aku dengan sebutan “Pak”. Panggil aku Jaemin ketika kita sedang berdua seperti ini. Mengerti?”

Jeno mengangguk kecil. Ia mengigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya yang hendak keluar ketika Jaemin menghisap putingnya lagi. Dan, lagi-lagi Jeno mulai terlena dengan sentuhan Jaemin.

“Jaem...”

Jaemin melirik Jeno ketika ia mendengar namanya dipanggil dengan nada lirih oleh Jeno. Ia tersenyum miring lalu menghisap puting tegang itu semakin keras dan mengigitnya hingga Jeno berteriak kesakitan.

“Turun dari pangkuanku. Lepaskan kemejamu dan celana dalamu dan menarilah didepanku.”

Mau tidak mau Jeno menurut. Ia turun dari pangkuan Jaemin. Ia membuka kemeja satin putih dan celana dalam dengan warna senada itu lalu dia lempar ke sembarang arah sebelum akhirnya ia mempertontonkan tubuh telanjangnya pada Jaemin dan menari tarian erotis di depan dosennya sendiri.

Melihat itu, Jaemin menjilat bibir bawahnya. Penisnya semakin tegang ketika melihat lekuk tubuh ramping itu menari. Bagian bawah Jaemin semakin sesak hingga ia akhirnya melepas celana bahan yang ia pakai dan menyisakan celana bokser yang ia pakai dengan bagian vital yang menonjol karena tegang.

Jeno merangkak mendekat pada Jaemin yang duduk di sofa. Ia memperlihatkan tatapan sayunya pada Jaemin dengan mulut yang setengah terbuka. Hal itu membuat Jaemin mengelus kepala Jeno. Bagaimana bisa mahasiswa ini sekarang lebih mirip seekor anak anjing yang sedang birahi dan minta dibuahi.

“Jen, kamu benar-benar sangat pandai untuk menggoda. Aku ingin lihat sejauh mana kamu menggodaku.” kata Jaemin lalu menjambak rambut Jeno hingga membuat Jeno meringis kesakitan.

Yang Jeno lakukan setelahnya adalah berlutut dihadapan kaki Jaemin yang terbuka. Ia mengecup penis Jaemin yang masih terbungkus celana bokser sebelum akhirnya tangannya melepas celana bokser itu. Jeno mulai memasukkan setengah penis Jaemin kedalam mulutnya. Ia mulai mengulum penis besar itu. Sesekali lidahnya bermain pada lubang kencing Jaemin membuat Jaemin menggeram rendah dan semakin menjambak rambut Jeno.

“Argh! Sialan, Lee Jeno. Mulut jalangmu! Ah! Memang tercipta untuk mengulum setiap penis laki-laki. Ah, akan aku robekkan mulutmu dengan penisku.” Jaemin mendorong penisnya hingga ujung tenggorokan Jeno.

“Akh! Khh...”

Jaemin mendorong keluar lagi penisnya secara perlahan lalu mendorong lagi penisnya kedalam dengan gerakan kasar hingga masuk ke ujung tenggorokan Jeno. Rasanya, Jeno ingin muntah. Mulutnya benar-benar diperkosa secara brutal oleh Jaemin hingga rasanya sulit bagi Jeno untuk bernafas. Jeno tidak sengaja mencakar paha Jaemin.

“Argh! Sial, Lee Jeno! Beraninya...”

Bukannya berhenti. Jaemin semakin menyiksa mulut Jeno. Memasukkan penisnya dan menyuruh Jeno menghisap kuat-kuat penis itu seperti rokok.

“Argh!”

Sperma Jaemin yang keluar berceceran hingga lantai karena mulut Jeno tidak cukup menampung banyak sperma yang keluar. Bahkan, diam-diam Jeno memuntahkan sperma Jaemin yang tertahan dalam mulutnya karena ia tidak sanggup menelan cairan putih kental itu.

“Mulut ini memang sangat pintar. Pintar berciuman juga pintar menghisap penis.” ucap Jaemin sambil memegang ujung dagu Jeno sebelum akhirnya ia menjilat ujung bibir Jeno yang belepotan cairan spermanya. Ia mencium lagi bibir tipis itu. Samar-samar ia juga ikut merasakan cairan spermanya yang tertinggal dibibir Jeno.

Tubuh Jeno diangkat oleh Jaemin menuju kasur. Ia meletakkan tubuh Jeno yang sudah terlanjang bulat itu. Kaki Jeno dibuka lebar. Bisa Jaemin lihat lubang yang menggoda hasratnya. Ingin rasanya Jaemin melesakkan penisnya pada lubang ketat itu.

“Tunjuk bagian tubuh mana yang ingin aku jamah.” pintah Jaemin.

Jeno meneguk ludahnya. Ia mengangkat kedua kakinya kearah dada dengan posisi mengangkang. Ia menahan kakinya dengan kedua tangannya. Jaemin tersenyum miring. Tangannya menyentuh lubang Jeno dan buah zakar Jeno.

“Lu—lubangku. Sentuh lubangku, Jaem...”

“Kamu ingin aku hanya menyetuhnya atau memanjakan dia hingga kamu berteriak nyaring?” tanya Jaemin sambil menundukkan tubuhnya.

“Akh! Ah...”

Jilatan yang Jeno rasakan pada lubangnya membuat Jeno memekik nikmat. Ia berusaha untuk menahan kakinya untuk tetap pada posisinya karena takut akan mengganggu Jaemin yang sedang mengerjai lubangnya itu. Sapuan lidah Jaemin pada lubangnya membuat tangan Jeno melemas hingga akhirnya Jaemin menahan paha Jeno.

“Ah! Jaem, aku akan keluar!”

Jeno menyentuh penisnya. sendiri. Ia mengocok penisnya pelan sambil merasakan pelan-pelan lidah Jaemin yang masih menjelajah lubangnya itu. Namun, dengan cepat tangan Jaemin menutup lubang kencing Jeno. Laki-laki itu tidak membiarkan Jeno untuk mencapai ejakulasinya. Ia menghentikan kegiatan rimmingnya.

“Jaemin, aku mohon.”

“Aku tidak akan membiarkanmu keluar sekarang walaupun penismu sekarang sudah berdiri dan meminta kenikmatan. Aku ingin kamu keluar ketika aku memasukimu.” kata Jaemin dengan tatapan tajamnya.

“Kalau begitu, masuki aku, Jaem. Rusak aku sampai kamu puas. Bukankah aku ini jalangmu?”

Jaemin tersenyum miring. Ia mengukung tubuh Jeno lalu melebarkan kaki Jeno dengan kedua tangannya. Penis tegangnya sudah menggesek lubang Jeno sebelum ia masukkan. Bibir kembali mencium bibir Jeno dan menjelajah ke leher jenjang Jeno. Tidak lupa, memberi tanda pada leher putih itu. Perlahan, Jaemin memasukkan setengah penisnya.

“Ah! Eumh!” tangan Jeno langsung mengalung pada leher Jaemin ketika ia merasakan gerakan maju mundur dalam tempo pelan.

“Kamu perlu membiasakan ukuran penisku. Jika aku langsung memasukkannya pasti lubangmu akan robek.” bisik Jaemin pada telinga Jeno.

Jeno mendesah kecil. Walaupun, baru setengah penis Jaemin yang masuk kedalam lubang Jeno. Rasanya luar biasa nikmat. Jeno memejamkan matanya dengan mulut yang setengah terbuka. Ia jadi sedikit tidak sabar hingga akhirnya mendorong tubuh Jaemin dengan kakinya yang sekarang melingkar pada pinggang Jaemin.

“Akh! Ah!”

“Nakal. Kamu benar-benar nakal, Jeno. Apa kamu sudah tidak sabar, hm?”

“Tolong, bergeraklah. Gerakan penismu dengan cepat sampai aku enggak bisa ngomong dan cuma bisa ngedesah nama kamu, Jaem.”

As you wish, Sayang.”

Jaemin benar-benar menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Ia mendorong penisnya dalam-dalam hingga berkali-kali mengenai prostat Jeno. Tubuh Jeno terhentak akibat gerakan cepat itu. Puting tegangnya tidak luput dari perhatian Jaemin ketika ia bergerak. Setiap desahan nama yang Jeno keluarkan membuat Jaemin semakin besar kepala untuk semakin kejam menjamah tubuh Jeno.

“Iya, ah! Seperti itu, hah! Desahkan namaku seperti yang kamu mau, Jen. Kamu benar-benar membuatku gila, Jen.”

Jeno menangis karena tubuhnya terus diberi kenikmatan oleh dosennya. Belum lagi ketika penisnya dikocok dengan gerakan cepat oleh tangan Jaemin. Dikerjai juga lubang kencingnya dengan garukan yang membuat tubuhnya bergetar hebat.

“Jaem, ah! Di—Disitu! Aku ingin...Akh!”

Jeno tidak tahan lagi. Ia kelepasan. Membanjiri tangan Jaemin dengan cairan spermanya. Melihat itu, Jaemin berhenti bergerak. Ia menatap tangan kanannya yang dipenuhi oleh cairan lengket itu. Gilanya, Jaemin menjilat sperma Jeno hingga bersih.

“Aku belum keluar, Jen. Jadi, permainan ini masih berlanjut.” kata Jaemin setelah menjilat bersih sperma Jeno. Ia mengangkat tubuh Jeno dan mendudukkan Jeno pada pangkuannya.

“Ah!” Jeno memekik ketika merasakan penis Jaemin mentok didalam sana. Posisi ini membuat penis Jaemin yang tegang menyentuh prostatnya lagi.

“Geraklah. Buat aku keluar dengan gerakan pinggulmu itu, Sayang.”

Jeno mengigit bibirnya. Kedua tangannya ia tumpu pada bahu Jaemin sebelum akhirnya ia bergerak naik turun untuk memanjakan penis Jaemin yang masih berada dilubangnya.

Jeno selalu suka posisi ini. Ketika ia harus bergerak diatas para pelanggannya. Posisi ini membuat Jeno semakin liar untuk bergoyang diatas pelanggannya. Sesekali ia merasakan nyeri tapi setelah itu ia mendesah lagi.

“Gerakanmu terlalu pelan. Aku tidak akan keluar dengan gerakan seperti itu!” sentak Jaemin yang mulai memegang pinggul Jeno dan membantu laki-laki itu untuk bergerak lebih cepat.

“Ah, Jaem! T—Terlalu cepat! Ah! Pelanlah. Aku mohon, ah!”

Jeno memeluk tubuh Jaemin erat. Ia sudah pasrah karena tidak lagi bisa mengimbangi gerakan Jaemin yang kasar itu. Jeno memekik lagi ketika Jaemin mengubah posisi mereka. Kali ini Jaemin memasukinya dari belakang seperti hewan yang sedang kawin dan dipenuhi birahi. Jeno hanya bisa berteriak sambil meremat seprai sebagai pelampiasannya.

“Argh! Jen, aku akan keluar!”

“Ah!”

Jaemin membenamkan penisnya pas lubang Jeno ketika ia mengalami ejakulasinya. Spermanya tertampung pada lubang Jeno hingga luber mengotori seprai kasur. Jeno juga mengalami pelepasan keduanya. Tubuhnya yang lemas itu ambruk. Sesi bercinta yang lama bagi Jeno.

“Apa kamu merasakannya?” tanya Jaemin yang memeluk tubuh Jeno dari belakang.

“Apa kamu merasakan spermaku memenuhi lubangmu, Jeno?”

Jeno mengangguk lemah. Sepertinya suaranya sudah habis usai berteriak dan mendesah selama sesi percintaan mereka.

“Aku tidak percaya jika aku sudah menjamah tubuh mahasiswaku sendiri. Ternyata ada juga tubuh mahasiswaku yang enak untuk ditiduri seperti ini.” Jaemin tertawa lalu mengeluarkan penisnya dari lubang Jaemin.

Jaemin mendekati tubuh Jeno yang tidur memunggunginya. Pundak Jeno dikecup oleh Jaemin. Tangan Jaemin memeluk tubuh Jeno erat sambil mengelus pelan perut Jeno yang terlihat kembung itu.

“Pak, Anda tidak akan bilang kepada rektor atau menyebarkan berita bahwa aku adalah seorang jalang, kan?”

“Tidak akan tapi dengan satu syarat.”

Jeno membalikkan tubuhnya untuk menghadap Jaemin. “Apa syaratnya, pak?”

“Jadilah, alat pemuas nafsu untukku, Lee Jeno.”

cw : blowjob, nsfw


ini jadi hal tergila yang pernah dialami mereka berdua. gimana bisa penis marko tiba-tiba jadi tegang waktu tangannya cuma meraba paha jerash dan hal yang lebih gilanya lagi adalah waktu marko tanya,

“jer, mau blowjob-in titit aku, nggak?”

jerash diam beberapa saat. antara kaget sama berusaha mencerna pertanyaan gila yang dilontarkan marko. masalahnya, mereka lagi ada di mobil. marko lagi anterin jerash pulang abis dari pemotretan.

ya, jerash bisa liat sih gimana nyembulnya bagian tengah celana marko. gila, tegang banget tuh titit!

“yang bener aja kamu, ko!”

tatapan marko jadi memelas. udah sakit dan sesak banget bagian bawahnya. kepengen diemut sama mulut pacarnya itu. lagian ya, mereka tuh jarang banget buat ngelakuin blowjob. marko jadi kebayang gimana rasanya diemut sama mulut kecil jerash terus di-deep throat.

shit, makin keras deh penis baperan ini.

“makin sange nih bayangin kamu emut titit aku, jer. aku bawa kondom kok di dompet.”

“makanya, kalo punya tangan tuh jangan nakal! sange sendiri kan?”

“emang kamu enggak sange aku pegang-pegang pahanya?”

jerash diam. jawabannya ya enggak tapi geli. lagian ya jerash enggak semesum marko.

“udah lama enggak dikasih jatah.” kata marko sambil nyengir lalu merogoh kantung celana jeans-nya untuk mengambil dompetnya.

marko mengambil satu bungkus berwarna silver lalu ia berikan pada jerash. sebelumnya, mobil marko sudah ia pinggirkan. mereka berhenti dipinggir jalan yang memang cukup sepi. maklum, udah malem juga.

“lagian mobilnya enggak mungkin mencurigakan soalnya kamu kan cuma blowjob enggak mungkin goyang.” kata marko lagi sambil membuka celana jeans dan celana dalam ya ia pakai sampai batas lutut.

jerash ngeliat penis marko jadi ngeri sendiri. oh, jadi sebesar ini ya penis marko yang sering masuk ke lubangnya. yang suka bikin dia teriak keenakan tiap kali penis marko nyentuh prostatnya. aduh, kalo kebayang begini jerash juga jadi ikut sange deh.

jerash membuka bungkus kondom dengan giginya lalu potongan kecil yang ia gigit itu dilepeh ke arah wajah marko.

“buset, jangan seksi-seksi, jer. makin berdiri ini titit!”

jerash mendengus. tangannya lihai banget masang kondom ke penis marko yang tegang itu. ia lalu merundukkan kepalanya. mulai mendekatkan mulutnya ke penis tegang itu.

“ah, jer...”

baru juga penis marko dikecup sama jerash tapi marko udah ngedesah aja. jerash perlahan memasukkan penis marko dengan gerakan perlahan ia mulai memaju mundurkan kepalanya. tangannya menahan bobot tubuhnya pada paha marko.

“anjing, enak—ah, terus, jer.”

“argh, e—enak banget emutan kamu, ah!”

marko melampiaskan nikmatnya pada rambut jerash yang kebetulan sudah agak panjang. sedikit ia remat dan tekan agar jerash bisa lebih dalam memainkan penisnya.

“humph...” jerash menekan paha marko. memberikan kode bahwa ia kewalahan.

“s—sori, jer mau didalemin ngemutnya. sumpah, enak banget—ah!”

“aku mau nyiksa mulut kamu deh...”

gila aja, pikir jerash begitu denger ocehan marko. yaudah, jerash beneran dalemin emutan dia walaupum dia ngerasa mau muntah karena penis marko nyetuh pangkal tenggorokannya terus dihisap kencang.

“a—anjing! jerash! argh! sial, nakal banget! aku beneran mau keluar, ah!”

jerash yang ngerasa marko hampir keluar lanjut buat emut sesekali jilat penis yang dilapisi lateks itu.

“argh! ke—keluar, jer!”

jerash ngelepas hisapannya. dia ngeliat gimana marko ngerasain ejakulasinya. nafas pacarnya tersenggal. kondom yang tadinya kosong jadi keisi sama cairan sperma si pacar.

“sini.” kata marko sambil melebarkan tangannya.

“apa?” tanya jerash sambil mendekat dan menerima pelukan dari marko.

marko langsung cium bibir jerash. dilumat bibit tipis jerash. tangan marko nuntun tangan jerash buat ngocok penisnya sambil masih ciuman. ciuman basah. pake lidah.

“humph!”

keluar lagi. marko keluar lagi buat kedua kalinya gara-gara kocokan tangan jerash.

“gila, ko.”

“mulut kamu tuh ternyata jago blowjob juga, ya. baru tau ternyata diblowjobin kamu seenak ini.”

“aku anggap itu pujian jorok yang pernah aku denger dari bibir kamu.” dengus jerash tapi abis itu ketawa.

ya, ini sih yang paling gila. untungnya, mereka enggak pernah kepikiran buat seks di mobil.