Yummy Squirt

CONTENT WARNING Boypussy , Graphic Description of Sex , Explicit Sex (Nipple playing , Fingering , Oral Sex , Blow Job) , Squirting , Unprotected Sex , Creampie (Ejakulasi di dalam) , Local Porn Word , Dirty Talk


Tidak butuh waktu lama untuk Mark sampai di rumah Jeno. Ia tahu bahwa kekasihnya itu sengaja tidak mengunci pintu rumah agar Mark bisa masuk. Sebelum Mark pergi ke kamar sang kekasih. Ia mengunci pintu rumah Jeno dan menaruh kunci itu di gantungan kunci yang terpaku di tembok. Mark langsung pergi ke kamar Jeno. Membuka kamar itu dan melihat sang kekasih yang sudah tidak mengenakan apapun pada bagian bawahnya.

“Emang udah disiapin, ya? Sini aku makan memek kamu. Kebetulan aku belom makan siang.” kata Mark sambil berjalan mendekat kearah Jeno.

Sedangkan laki-laki manis itu hanya tersenyum. Ia merebahkan badannya di kasur dan membuka lebar pahanya. Jeno menahan kedua kakinya agar Mark dapat segera menjamahnya.

“Becek banget. Enggak pernah kering ya memek kamu?”

Dua jari Mark sudah mengelus permukaan vagina Jeno. Ia mengelus labia vagina Jeno hingga sang kekasih mendesah.

“Dielus malah tambah becek begini, anjing! Yang bener aja, Jen!” Mark menyentuh klitoris Jeno dengan ibu jarinya.

“Ah! Jangan dimainin terus! E—enak! Jilat, Mark. Jilat memek aku. Mau dijilat sampe becek banget. Itilnya dimainin sampe memek aku banjir.”

Mark terkekeh. Ia membuka jaket serta celana jeans yang ia pakai sebelum mengerjai vagina sang kekasih. Mark memposisikan kepalanya pada sela-sela paha Jeno yang terbuka lebar dengan vagina yang sudah cukup basah. Lidahnya mulai menyusuri permukaan vagina sang kekasih.

“Ah, Mark! E—enak banget. Dalemin terus jilatnya! Ugh, becek. Memek aku becek dijilat kamu—Ah!”

Jeno tidak bisa mempertahankan posisinya akibat lidah Mark yang makin gencar mengerjai vaginanya. Kedua kaki Jeno bergerak gusar. Tangannya tidak lagi menahan bobot kakinya.

“Hum...”

“Ah, Mark. T—Tunggu! Akh!”

Mark menahan kedua kaki Jeno agar terus mengangkang lebar. Sesekali ia remas paha Jeno untuk menggoda laki-laki itu.

“J—Jangan dimainin itil aku, Mark! Mark!”

Jeno menangis. Rasanya benar-benar nikmat ketika lidah sang kekasih bermain dibawah sana. Menjilat seluruh permukaan vitalnya tanpa terkecuali. Tangannya bergerak meremas rambut Mark sebagai pelampiasannya.

“Ngh! Ah! Mark, mau keluar! U—udah! Udah! Ah!”

Kaki Jeno sudah menendang-nendang pundak Mark. Laki-laki itu masih belum mau menarik lidahnya dibawah sana.

“Ah! Akh! M—Mark! Hah...”

Mark menjauhkan tubuhnya ketika Jeno mengalami orgasme pertamanya. Cairan kental itu keluar bersamaan dengan squirt. Sangat banyak hingga membasahi sprei yang baru Jeno ganti kemarin malam.

“Banjir banget, Sayang memek kamu. Enak banget ya aku jilmekin sampe merem-merem dan susah nafas gitu, hm?”

“Masih sensitif! Aku baru keluar, Mark. Please, bentar!” Jeno menahan tangan Mark yang hendak memainkan vaginanya lagi.

“Mau kontol aku masuk kesini enggak, Yang?”

Jeno mengangguk lemah. Kakinya kembali mengangkang membuat Mark tertawa remeh.

“Dasar lonte! Enggak cukup ya cuma dijilmekin doang? Iya? Maunya diisi kontol dulu baru puas? Iya?”

“Iya...” cicit Jeno. Jeno jelas tidak bisa bohong. Ia selalu ingat bagaimana penis pacarnya masuk memenuhi vaginanya.

“Mikirin apaan, kamu? Becek lagi nih memek!” ucap Mark yang sekarang jari tengah dan manisnya masuk kedalam vagina Jeno.

“Ah!”

“Mikirin apa? Jawab atau aku bikin kebas memek kamu.”

“Mikirin kontol kamu masuk ke memek aku. Mau dimasukin kontol, Mark. Please...”

“Kalo cuma pake jari enggak puas, ya? Tapi, ini kok makin becek, hm?”

“Eugh! Ah!”

Jeno memejamkan matanya sambil membuka mulutnya ketika ia merasa ibu jari Mark memainkan klitorisnya kembali. Vaginanya kembali basah setelah Mark menjilatnya.

“Ah! Kok dikeluarin?”

“Sini, emut kontol aku dulu.”

Mark membuka celana dalamnya. Ia menyuguhkan penisnya yang menegang itu pada Jeno yang sudah merangkak ingin menghisap penisnya. Jeno menjilat pangkal hingga ujung penis Mark. Ia basahin dulu sebelum akhirnya memasukkan seluruh penis Mark kedalam mulutnya.

“Anjing! Emang pacar aku kayak lonte, ya? Isep kontol aku jago banget. Haus banget ya, Nte?”

Mark menjambak rambut Jeno. Mendorong penis itu lebih masuk kedalam tenggorokan Jeno hingga sang kekasih tersedak ingin muntah.

“Tolol! Masih aja tolol kalo disuruh blow job. Padahal udah sering! Isep lagi, anjing!”

Air mata Jeno tidak bisa ia bendung lagi. Keluar bersaman dengan cepatnya Jeno menghisap penis sang kekasih. Tak lama, penis itu ditarik keluar. Tidak dibiarkan keluar dulu.

“Lebih enak keluar di memek kamu, Jen. Baring cepet. Ngangkang yang lebar!”

Jeno langsung menuruti kemauan sang kekasih.

“Enggak bakal aku kasih ampun kamu, Jen. Beraninya ngirim VN kamu lagi colmek! Liat nih, memek kamu bakal aku rusak!”

“I—Iya, ah! Rusakin aja. Lowerin aja memek aku, Mark.”

Mark memegang kedua paha Jeno. Ia menggesekkan penisnya terlebih dulu pada luar vagina Jeno sebelum akhirnya memasukkan penis itu dalam sekali hentakan.

“Akh!” Jeno menjerit kencang ketika penis Mark berhasil memenuhi vaginanya. “P—Penuh! Hngh, mentok! Mentok banget kontol kamu.”

Mark menggerakan pinggulnya dengan gerakan pelan. Merasakan bagaimana penisnya bergesekan dengan dinding vagina Jeno. Ia menggeram rendah ketika penisnya dijepit.

“Hah! Ah! Nakal banget, anjing! Memek kamu jepit kontol aku.”

“M—Mark, mau dimentokin. Mau dibuat enak nyampe teler. Nyampe kayak orang bego. Nyampe enggak bisa ngomong. Hah! Ah! Mau dibuat pipis sama kontol kamu...”

Mark suka bagaimana Jeno memohon dibawahnya sambil menangis frustasi karena sentuhannya. Mark suka bagaimana Jeno terlihat seperti jalang yang sedang ia sewa. Mark suka melihat Jeno berantakan.

“Beneran mau dirusak, ya? Kamu udah rusak, Jen. Ngapain mau dirusak lagi, hm?”

Mark mengukung Jeno sambil masih bergerak maju mundur. Ia membuka kaos Jeno untuk menghisap puting Jeno. Ia lupa untuk memanjakan puting merah muda ini.

“Ah! M—Mark! Enggak kuat! E—enak banget. Ugh! M—Mentok! Isep terus...”

Jeno mengusak kepala Mark yang sedang sibuk menghisap putingnya lalu bibir Mark naik keatas untuk mencium bibir tipis Jeno setelah puas mengerjai puting sang kekasih. Ciuman mereka semakin intim dan basah bersamaan dengan gerakan Mark yang semakin cepat.

“Ah! Mark! Mau pipis—Hngh!”

“Pipis aja. Pipisin kontol aku, Jen. Aku masih mau gerak. Masih mau aku ancurin memek kamu!”

“Ahn! Ah! M—Mark!”

Nafas Jeno memburu. Ia meringis sambil memejamkan matanya ketika orgasmenya masih dibarengi dengan gerakan cepat Mark dibawah sana.

“Enak, Jen?”

“Akh! Bentar, Mark, Ah!”

“Becek banget. Licin banget memek kamu, Jen. Jepit, Jen! Jepit kontol aku! Aku mau keluar!”

Mereka sama-sama mendesah kencang ketika Mark mengalami ejakulasinya didalam Jeno. Spermanya memenuhi vagina hingga meluber keluar saking banyaknya. Nafas mereka terengah-engah. Sesi bercinta mereka selalu seperti ini. Dipenuhi dengan ucapan-ucapan kasar yang membuat mereka semakin bernafsu.

“Capek, ya?”

“Hum, tapi enak. Memek aku penuh sama peju kamu.” ucap Jeno membuat Mark tertawa kecil.

Mark mencium bibir Jeno. Ia menarik keluar penisnya disela-sela ciuman mereka. Iseng, Mark malah menggesek penisnya pada klitoris Jeno hingga tubuh Jeno menengang.

Petting, babe. Aku mau liat kamu cum lagi. Mau bikin memek kamu selalu banjir, lembap.”

“Ah! Ah! Ngh, Mark! Pelan, ah!”