Mark mengangkat tubuh hybrid anjing itu dengan handuk yang membalut tubuhnya. Perlu tenaga ekstra untuk mengembalikan warna putih bulu Neno seperti semula. Sekarang, yang harus Mark lakukan adalah mengeringkan bulu Neno sebelum akhirnya menyuruh hybrid itu tidur.

“Jangan main dikubangan lumpur lagi, Neno! Kamu buat aku capek aja. Kalo besok kamu masih enggak mau dengerin aku. Aku bakal kirim kamu ke shelter! Biarin aja walaupun kamu hybrid.” ancam Mark sambil menatap tajam Neno.

Neno menatap Mark. Seketika mengubah dirinya menjadi wujud manusia tanpa memikirkan Mark. Jelas, Mark terkejut karena keadaan Neno yang telanjang bulat. Ia cepat menutup bagian privasi Neno dengan membalut tubuh Neno dengan handuk.

“Neno! Jangan kebiasaan mengubah wujud kamu dari hybrid ke manusia dong! Astaga!”

Telinga hybrid Neno turun kebawah. Wajahnya menjadi murung dengan bibir yang sedikit bergetar. Ekornya yang biasanya naik keatas dan bergoyang kini hanya bisa terbujur lemas dilantai. Neno sedih karena dimarahi Mark.

“Jangan marahi Neno terus. Neno kan cuma ingin main karena dari kemarin Mark sibuk di Cafe. Neno tidak punya teman bermain. Tadi Neno saja main sendiri.”

Hati Mark sedikit mencelos. Ah, hybridnya ini kesepian rupanya. Mark jadi sedikit merasa bersalah karena ini.

“Oke, sekarang pakai baju kamu di kamar. Nanti kamu tidur sama aku aja. Jangan tidur di kamar kamu. Oke?”

Mata Neno membulat senang. Ekornya bergoyang dan telinganya bergerak lucu menandakan bahwa hybrid itu sudah memiliki mood yang baik.

“Yeay! Tidur bareng markie! Neno janji enggak main dikubangan lumpur lagi.”

“Oke, aku pegang janji kamu, Snowball.”

Snowball adalah panggilan lain dari Mark karena Neno mirip bola salju yang besar karena bulu putihnya.