jangan ikut sakit juga ya, sayang
sampai di rumah, jemmy langsung menuju kamar kaila untuk mengecek keadaan anak perempuannya. laki-laki itu tampak khawatir ketika melihat kaila terbaring dengan selimut tebal dan plester penurun panas didahinya. jemmy mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi kaila yang terasa hangat itu sampai akhirnya putri kecilnya membuka mata.
“daddy...” ucap putri kecil itu lirih.
“hai, princess.” kata jemmy sambil tersenyum kecil lalu membawa kaila dalam pelukannya. “mana yang sakit, princess?”
kaila menunjuk kepalanya. “kepala kaila sakit. pusing. badan kaila juga panas.”
“kata papa, kaila enggak mau makan, ya? kenapa kaila enggak mau makan? kalau kaila enggak makan nanti kaila enggak sembuh karena enggak bisa minum obat terus kaila enggak bisa main sama temen-temen gimana?” jemmy berusaha membujuk putri kecilnya untuk makan.
“tapi, obat yang dikasih dokter rasanya enggak enak. pahit! kaila enggak suka.” rengek kaila.
“tapi, kaila harus minum. daddy tahu rasanya enggak enak tapi kaila harus minum supaya sembuh. emang kaila enggak mau sembuh?”
kaila mengulum bibirnya lalu memeluk jemmy erat-erat. tiba-tiba, anak kecil itu terisak yang membuat orang tuanya khawatir juga sedih.
“kaila mau sembuh tapi kaila enggak mau minum obat.”
raka berjalan mendekat lalu duduk dihadapan jemmy sambil mengelus rambut panjang anak perempuannya itu.
“kaila, papa dikasih tau dokter katanya obat yang dikasih rasanya manis kok. nanti daddy sama papa bantu kaila untuk minum obat, ya?”
kaila menegokkan kepalanya kearah raka. “beneran, pa? papa enggak bohong kan?”
“enggak. yuk, makan dulu yuk? biar kaila bisa minum obat.” kata raka sambil mengulurkan tangannya.
kaila akhirnya digendong oleh raka.
“papa, kaila mau digendong sambil makan sama papa. boleh enggak?”
raka mengangguk. “boleh dong. tadi, papa udah buat sup ayam kesukaan kaila sama chicken nugget.”
kaila tersenyum. “makasih, papa!”
raka mengangguk lalu mengambil gendongan yang masih ia biasa pakai untuk menggendong kaila jika anak perempuan itu sedang rewel dan tidak bisa tidur.
“kamu ganti baju aja dulu terus ikut makan siang juga.” kata raka sambil mengelus pipi kiri jemmy.
meskipun butuh waktu yang lama untuk raka menyuapi kaila karena ditengah-tengah kaila kembali merengek meengeluhkan mulutnya yang terasa pahit. melihat itu, jemmy jadi kasian dengan raka. pasti lelah mengurus kaila setiap hari apalagi jika anak itu sedang sakit seperti ini. sejak ada kaila, raka memutuskan untuk mengurus kaila di rumah bahkan raka sampai resign dari pekerjaannya yang membuat jemmy kurang setuju tadinya.
“daripada pake babysitter lebih baik aku resign, jem. aku enggak tahu nanti kaila bakal bener atau enggak diurus sama si babysitter. sekarang, banyak kasus penganiayaan anak yang buat aku jadi takut buat ngasih anak kita ke orang lain. kamu kan juga tau, susah buat kita dapet kaila.”
jemmy masih ingat kata-kata raka kala laki-laki itu meminta izin padanya untuk resign dari pekerjannya dan mengurus kaila sepenuhnya.
“raka, kamu belom makan kan? makan dulu. biar kaila aku yang ngurus.” kata jemmy sambil mencuci piring bekas pakainya.
“enggak apa-apa. ini sekalian aku mau ngasih obat ke kaila. keburu dia rewel lagi. abis minum obat pasti dia tidur kan? nanti, kalo dia udah tidur aku makan.” kata raka sambil mengambil obat kaila.
“kaila, sekarang minum obat ya, nak? nih, liat obatnya rasa jeruk jadi enggak mungkin pahit rasanya. papa juga udah siapin minum buat kaila jadi kaila enggak usah khwatir.”
kaila menatap raka takut. ia memainkan jari-jari kecilnya yang membuat raka sadar jika anak kecil itu takut.
“kaila, pegang tangan daddy waktu minum obat.” kata jemmy sambil mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan kecil kaila.
raka tersenyum lalu menuangkan obat penurun panas di sedok obat lalu menyuguhkan obat itu pada kaila.
“manis kan? enggak pahit kan?” tanya raka sambil memberikan air putih pada kaila. “satu lagi ya, kaila. ini antibiotik. sama kok, ini juga enggak pahit.”
kaila memegang tangan jemmy dengan erat ketika meminum obat keduanya.
“wah, hebat banget anaknya daddy sama papa. pinter banget minum obatnya.” kata jemmy setelah kaila berhasil meminum obat antibiotiknya.
“enggak pahit!” kata kaila sambil tersenyum.
“kan papa udah bilang. kata dokter obatnya kaila memang enggak pahit karena kaila masih kecil. sekarang, kaila bobo, ya? kaila istirahat biar cepet sembuh!” kata raka sambil mengelus punggung kaila pelan lalu membuhuhkan satu kecupan pada puncak kepala anak perempuannya.
tidak butuh waktu lama untuk kaila terlelap didalam gendongan raka. laki-laki berumur duapuluh delapan tahun itu langsung membawa kaila ke kamar anak kecil itu lalu menidurkannya agar kaila bisa beristirahat dengan nyaman.
“papa, sedih banget kamu sakit. maaf ya, sayang. papa kayaknya lalai banget jagain kamu sampai sakit begini. cepet sembuh ya, anak cantik.” ucap raka sambil mengelus pipi kaila.
“siapa bilang papa lalai jagain kaila? padahal, papa hebat loh bisa jagain kaila mulu tiap hati sampai lupa kalo dirinya papa juga perlu dijaga. udah berapa kali papa lewatin jam sarapan, makan siang, atau bahkan makan malem karena ngurus kaila sama daddynya?” suara jemmy membuat raka tertegun.
kini, raka yang masuk kedalam pelukan jemmy. ia mengistirahatkan kepalanya pada pundak lebar jemmy sambil memejamkan kepalanya. kalau boleh jujur, kadang rasanya lelah sekali harus bangun pagi, mengurus kaila yang harus ke sekolah, mengurus jemmy yang harus ke kantor dan mengurus pekerjaan rumah. jauh lebih lelah ketimbang raka masih bekerja dulu.
“capek, ya?” tanya jemmy sambil mengelus punggung raka.
“hmmm, tapi rasanya kayak dosa banget kalo aku bilang capek. padahal, dulu aku yang minta buat di rumah aja biar bisa ngurus kaila.”
“capek itu manusiawi, sayang. jelas pekerjaan kamu lebih capek daripada aku. kamu harus bangun pagi buat ngurusin aku sama kaila, ngurusin pekerjaan rumah juga kalo aku harus lembur karena kerjaan kantor. kamu hebat banget tapi jangan sampe kamu ikutan sakit juga, ya. nanti hati aku tambah luka udah liat kaila sakit ditambah kamu juga sakit.” kata jemmy sambil menatap raka lalu menangkup kedua pipinya.
“iya, daddy!” kata raka sambil tersenyum sampai jemmy gemas melihatnya.
jemmy lalu memberikan satu kecupan pada bibir raka sebagai tanda terima kasihnya.
“makasih banyak, papa!”
“makasih banyak juga, daddy!”
mereka berdua sama-sama tertawa kecil. takut menganggu tidur sang anak.
“kamu makan gih. apa mau disuapin sama aku?”
“mau disuapin sama daddy!” raka terkekeh sambil menunjukkan wajah gemasnya pada jemmy.
“duh, kamu jangan gini dong!” ucap jemmy lalu mengecup bibir raka lagi membuat si pemilik senyum manis itu tertawa geli.