“gila, ya!” jerash memukul lengan marko ketika laki-laki itu menghampirinya.

“daripada kamu bimbingan cuma sendiri.” ucap marko sambil merangkul jerash.

“tapi, kamu kan kerja, ko. kamu bilang gimana ke atasan kamu?”

“mbak jorie, izin ya soalnya ada urusan mendadak mau anter mama ke rumah sakit.” kata marko sambil tersenyum nakal.

mendengar jawaban marko. jerash langsung mencubit pinggang marko hingga kekasihnya itu mengaduh kesakitan. namun, jerash juga tidak bisa bohong jika dirinya senang sekaligus tidak menyangka jika marko akan menemaninya.

“aku kan enggak pernah nemenin kamu bimbingan padahal dulu kamu selalu nemenin aku. rasanya, enggak adil aja kalo aku enggak ada buat kamu disaat kayak gini. lagian ya, jer aku enggak mau buat kamu ngerasa sendiri.” marko menatap jerash dengan tatapan yang teduh sambil tersenyum kecil.

“tapi, jangan sering-sering ya, ko. nanti kamu malah ketauan sama atasan kamu, gimana?”

“iya, sayang.” kata marko sambil mencubit pipi jerash. “good luck, bimbingannya. aku tunggu disini, ya.”

jerash mengangguk sebelum masuk kedalam ruangan dosen untuk melakukan bimbingan skripsinya. setelah kurang lebih satu jam, jerash keluar dari ruangan dosen dengan wajah lelahnya.

“gimana? masih ada yang harus direvisi buat bab dua sama tiganya?” tanya marko sambil berdiri.

jerash mengangguk lemah. ia menaruh kepalanya dipundak marko dan dengan cepat marko memeluk jerash.

“enggak apa-apa, sayang. kamu udah hebat kok bisa selesaiin bab dua sama tiga kamu. enggak apa-apa kalo ada revisi, sayang. kan biar nanti pas kamu sidang revisinya enggak terlalu banyak. enggak apa-apa, ya?”

“aku capek banget.” kata jerash dengan suara yang sedikit bergetar.

it's okay. aku anter kamu pulang, ya? aku nanti izin buat enggak masuk kantor seharian ini. aku temenin kamu.”

jerash menegakkan kepalanya. ia lalu menggeleng cepat. raut wajahnya berubah menjadi marah.

“aku enggak mau cuma gara-gara aku kamu jadi enggak kerja gini, ko. jangan jadiin kerjaan kamu jadi nomor dua karena aku. kamu tuh punya tanggung jawab, ko. jangan semuanya itu soal aku. kamu tetep punya prioritas lain dan bukan cuma aku.”

“emang kamu enggak apa-apa?”

“enggak usah khawatir yang berlebihan. aku kayaknya harus nyari kegiatan lain aja buat distrak diri aku disamping aku lagi ngerjain skripsi. aku kayaknya mau ambil beberapa job photoshoot lagi.”

“beneran? tapi, let me know kalo kamu ada apa-apa ya, jer. jangan kamu pendam sendiri.”

“iya, enggak, marko.”

“yaudah, sekarang aku anterin kamu pulang. aku izin sampai jam makan siang. kalo telat dikit enggak apa-apa deh. bilang aja macet.”

jerash mendengus kesal tapi ia tersenyum kecil apalagi ketika tangannya digenggam oleh marko.

“dimana lagi aku nyari cowok kayak kamu ya, ko.”

“aku mah cuma satu-satunya buat kamu, jer.”

lagi, jerash tertawa. dasar, marko. tapi, benar apa katanya. marko tuh enggak ada yang lain.